SARA: Platform Baru untuk Masa Depan Energi Bersih di Asia Tenggara

Feature13 Dilihat

Makronesia.id, Jakarta – Dalam langkah ambisius untuk mempercepat transisi energi bersih di Asia Tenggara, platform energi terbarukan berskala utilitas baru bernama Sustainable Asia Renewable Assets (SARA) resmi diluncurkan. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara British International Investment (BII), FMO (bank pembangunan kewirausahaan Belanda), dan SUSI Partners, manajer investasi spesialis di bidang infrastruktur transisi energi.

SARA memiliki visi besar: membangun portofolio proyek energi terbarukan sebesar 500 MW di beberapa pasar Asia Tenggara hingga akhir masa dana SUSI Asia Energy Transition Fund (SAETF). Langkah pertama platform ini akan dimulai dengan pengembangan proyek-proyek greenfield dan rencana ekspansi portofolio energi terbarukan secara mandiri.

Sebagai aset awal, pembangkit listrik tenaga angin Dam Nai di Vietnam, yang diakuisisi oleh SUSI pada Oktober 2024, menjadi landasan bagi pengembangan SARA. Langkah ini menegaskan komitmen SARA untuk memanfaatkan sumber daya energi bersih guna memenuhi kebutuhan energi di kawasan ini.

BII dan FMO masing-masing mengucurkan investasi sebesar USD 70 juta dan USD 50 juta untuk mendukung pembentukan SARA. Melalui komitmen ini, SUSI Partners juga berhasil menggandakan ukuran dana SAETF dari USD 120 juta menjadi USD 259 juta, membuka lebih banyak peluang investasi untuk pengembangan infrastruktur energi berkelanjutan di Asia Tenggara.

Menurut Srini Nagarajan, Managing Director dan Head of Asia di BII, kawasan Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk investasi energi bersih. Kami sangat senang bermitra dengan SUSI dan FMO untuk meluncurkan platform ini, yang merupakan bagian dari strategi kami untuk mendukung transisi energi di wilayah ini antara 2022 dan 2026, ujarnya.

Dengan pesatnya perkembangan Asia Tenggara sebagai pusat manufaktur dan industri global, kebutuhan energi diproyeksikan meningkat lebih dari 25% hingga 2035, menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA). Namun, hampir 80% kebutuhan energi di kawasan ini sejak 2010 masih dipenuhi oleh bahan bakar fosil, yang memberikan tekanan besar terhadap lingkungan.

Dalam konteks ini, SARA hadir sebagai solusi, berfokus pada proyek-proyek energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan inisiatif efisiensi energi. Hingga saat ini, SAETF telah berinvestasi di Vietnam, Filipina, Thailand, dan Kamboja, dengan fokus pada infrastruktur energi yang dapat berdampak besar pada mitigasi iklim.

Komitmen untuk Masa Depan Berkelanjutan
Peter Byrde, Private Equity Director di FMO, menegaskan pentingnya langkah ini: Melalui SARA, kami tidak hanya menyediakan energi bersih bagi negara-negara di Asia Tenggara, tetapi juga membantu mereka mendiversifikasi matriks energi mereka. Ini adalah langkah konkret menuju portofolio net-zero pada 2050.”

Sementara itu, Wymen Chan, Head Asia di SUSI Partners, menyoroti tantangan dan peluang unik kawasan ini. “Setiap negara di Asia Tenggara memiliki karakteristik yang berbeda, namun kawasan ini menawarkan peluang besar untuk memberikan imbal hasil yang berdampak tinggi bagi klien kami. Kolaborasi dengan BII dan FMO menjadi katalis untuk menarik modal yang lebih besar ke sektor energi berkelanjutan,” jelasnya.

Dengan dukungan dari lembaga-lembaga keuangan global, SARA menjadi tonggak penting dalam perjalanan Asia Tenggara menuju masa depan energi bersih yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Prospek ekonomi yang cerah dan dukungan kebijakan yang kuat diharapkan menjadi pendorong utama keberhasilan platform ini. (EHS-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *