Makronesia.id, Jakarta – Dengan momen halving yang semakin mendekat, pasar kripto menyaksikan pergerakan yang menarik. Pada Kamis (18/4), harga Bitcoin terpantau mengalami penurunan tajam sebesar 3,84%, mencapai US$61.309. Dalam tujuh hari terakhir saja, aset kripto terbesar di dunia ini turun lebih dari 13,05%, sementara dalam satu bulan terakhir, penurunan mencapai 10,31%.
Menurut Fyqieh Fachrur, Trader Tokocrypto, penurunan ini bukanlah tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, termasuk meningkatnya ketegangan konflik Iran-Israel dan keyakinan The Fed yang menahan diri untuk menurunkan suku bunga secara terburu-buru pada tahun ini.
Namun, faktor yang paling mendominasi perbincangan adalah halving yang akan datang. “Investor di pasar kripto tengah menantikan halving. Secara tren, halving ini diperkirakan akan meningkatkan harga. Namun, dengan harga Bitcoin mencapai titik tertinggi baru-baru ini, keraguan mulai muncul,” kata Fyqieh.
Tren harga Bitcoin menjelang halving menarik perhatian. Sejarah telah menunjukkan bahwa Bitcoin cenderung mengalami penurunan harga sebelum memasuki fase bull run. Fase “Pre-Halving Retrace” yang terjadi 28 hingga 14 hari sebelum halving telah menyebabkan penurunan harga masing-masing sebesar 38% dan 20% pada tahun 2016 dan 2020.
Fyqieh menyarankan untuk mengadopsi strategi DCA (Dollar Cost Averaging) untuk mengurangi volatilitas Bitcoin di masa depan. Ini dapat membantu investor membeli BTC secara konsisten dan mengurangi risiko harga yang terlalu tinggi atau rendah. Analisis teknis dan pemantauan tren historis juga disarankan untuk menentukan titik masuk dan keluar yang tepat.
Meskipun harga BTC mungkin akan mengalami koreksi lagi dalam jangka pendek, pandangan jangka panjang tampak bullish. Setelah fase “Pre-Halving Retrace”, Bitcoin diharapkan memasuki fase akumulasi ulang selama hampir 5 bulan. Rentang ini dapat meningkatkan harga Bitcoin menuju All-Time High baru.
“Reli yang berkepanjangan selalu terjadi setelah peristiwa halving, yang berlangsung selama 6-18 bulan. Pergerakan harga pada halving sebelumnya mendukung pandangan ini,” jelas Fyqieh.
Adanya ETF BTC spot juga menjadi sorotan. Kemungkinan adopsi ini dapat mempercepat tren kenaikan harga BTC dan menciptakan kondisi pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya. ETF BTC akan terus membeli lebih banyak BTC, membebani pasokan Bitcoin.
Dengan dukungan yang kuat di dekat angka US$60.000, harga Bitcoin mungkin akan rebound setelah menyentuh level tersebut. Namun, jika gagal menguji support tersebut, BTC kemungkinan mencapai US$58.000. Namun, pada sisi positifnya, jika harga BTC naik, resistensi diperkirakan akan ditemui di level US$73.662 dan US$77.080.
Dengan semua faktor ini, pasar kripto tetap menjadi arena yang menarik untuk diamati menjelang halving yang ditunggu-tunggu, dengan para pelaku pasar siap mengantisipasi pergerakan selanjutnya. (EHS-01)