MAKRONESIA.ID

Bitcoin di Ambang Kenaikan: Gelombang Koreksi dan Tantangan Global di Tengah Gejolak Pasar Kripto

Makronesia.id, Jakarta – Di tengah atmosfer pasar kripto yang penuh dinamika, Bitcoin kembali menunjukkan sisi rapuhnya. Setelah sempat mencapai level tertinggi mingguan di $98.940, mata dunia kripto menyaksikan penurunan tajam yang membawa harga kembali ke kisaran konsolidasi di bawah $100.000. Kejadian ini dipicu oleh salah satu peretasan terbesar dalam sejarah aset digital, yang mengguncang fondasi kepercayaan para investor.

Gejolak Pasca Peretasan Bybit

Pada hari-hari terakhir, Bitcoin mengalami penurunan lebih dari $4.000 dan mencapai titik terendah tiga hari di $94.800. Penurunan ini membentuk pola bearish engulfing yang mengindikasikan dominasi tekanan jual. Insiden keamanan di platform Bybit, yang menyebabkan hilangnya sekitar $1,4 miliar dalam bentuk Ethereum (ETH), menjadi penyulut utama aksi jual ini.
Menurut analis Tokocrypto, Fyqieh Facrur,

“Insiden ini menjadi salah satu peretasan terbesar dalam sejarah kripto dan langsung berdampak pada pasar. Bitcoin, yang sebelumnya mendekati angka psikologis $100.000, langsung mengalami koreksi dan kembali ke kisaran konsolidasi.”

Peretasan tersebut tidak hanya menggerogoti kepercayaan di satu sisi, tetapi juga mempercepat likuidasi lebih dari $600 juta di pasar kripto yang lebih luas. Kondisi ini menegaskan betapa rentannya ekosistem aset digital terhadap insiden keamanan dan dampaknya yang bersifat domino.

Selain isu keamanan siber, pasar kripto juga harus menghadapi tekanan dari sisi ekonomi global. Laporan ekonomi terbaru menunjukkan adanya pelemahan di Amerika Serikat, dengan PMI sektor jasa berada di level terendah dalam lebih dari dua tahun. Data-data penting yang akan dirilis pekan ini—mulai dari keyakinan konsumen pada Selasa (25/2), data penjualan rumah baru pada Rabu, hingga laporan GDP kuartal keempat pada Kamis—diprediksi dapat mengguncang pasar lebih lanjut. Fyqieh menambahkan, Angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan bisa mengurangi peluang pemangkasan suku bunga, sementara angka yang lebih rendah dapat memberikan alasan bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya.”

Tak hanya itu, laporan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) bulan Januari yang akan dirilis pada Jumat (28/2) menjadi indikator utama inflasi yang selalu diawasi oleh para pembuat kebijakan, khususnya Federal Reserve. Di sisi lain, agenda sidang Komite Perbankan Senat mengenai kerangka legislatif untuk aset digital serta rilis pendapatan dari perusahaan-perusahaan besar seperti Nvidia dan beberapa penambang kripto turut menambah lapisan ketidakpastian.

Analisis Teknikal dan Prospek Pasar

Secara teknikal, indikator menunjukkan bahwa tekanan bearish masih mendominasi pasar. Relative Strength Index (RSI) pada skala harian dan 4 jam tetap berada di wilayah yang mengindikasikan potensi penurunan lebih lanjut. Sementara itu, Exponential Moving Average (EMA) 100 hari yang saat ini berada di $94.100 telah menjadi level support penting. Jika level ini ditembus, tekanan jual kemungkinan akan semakin meningkat, mendorong Bitcoin ke level yang lebih rendah.

Pada 22 Februari, Bitcoin diperdagangkan sekitar $96.500. Kondisi ini menandakan bahwa meskipun terjadi koreksi, pasar masih berada dalam fase konsolidasi setelah mengalami gejolak akibat peretasan. Para trader kini tengah mengamati dengan cermat apakah BTC dapat kembali menembus resistance di $98.940 atau justru terjebak di bawah EMA 100 hari.

Skenario Masa Depan: Peluang atau Ancaman?

Melihat prospek pergerakan harga Bitcoin, terdapat dua skenario utama yang harus diwaspadai. Dalam skenario bullish, jika Bitcoin berhasil menguji kembali resistance di $97.756 dan menembusnya, harga berpotensi kembali melaju ke level $100.000 dengan target berikutnya mencapai $102.668. Di sisi lain, jika tekanan jual terus mendominasi dan support di $94.818 gagal dipertahankan, Bitcoin bisa turun lebih jauh ke level $93.415 atau bahkan mencapai $91.300.

“Kondisi pasar saat ini masih sangat rapuh, sehingga setiap pergerakan, baik dari sisi berita ekonomi maupun perkembangan teknikal, dapat dengan cepat mengubah arah tren,” ujar Fyqieh. Hal ini menekankan perlunya kewaspadaan bagi para investor dan trader yang terus memantau indikator pasar secara intensif.

Kisah pergerakan Bitcoin dalam beberapa hari terakhir menjadi cerminan betapa pasar kripto masih sangat terpengaruh oleh insiden keamanan dan ketidakpastian ekonomi global. Sementara peretasan Bybit memberikan pukulan keras, tekanan makroekonomi dari data-data AS yang akan datang menambah kompleksitas dinamika pasar. Dengan volatilitas yang tinggi dan risiko yang terus mengintai, langkah bijak dan pengawasan ketat terhadap indikator teknikal menjadi kunci bagi siapa saja yang terlibat dalam pasar ini.

Di tengah arus gejolak tersebut, pertanyaan besar pun terus menghantui: Akankah Bitcoin mampu bangkit kembali dan mencapai angka $100.000? Atau akankah tekanan yang terus menerus membuatnya terjebak dalam fase konsolidasi? Waktu yang akan menjawab, sementara para pelaku pasar terus beradaptasi dengan lanskap yang penuh ketidakpastian ini. (EHS-01)

Exit mobile version