Makronesia.id, Jakarta – Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, mencatat sejarah baru dengan menembus harga US$100.000 untuk pertama kalinya. Namun, setelah mencapai rekor tertinggi US$103.630 pada 5 Desember, harga BTC kembali turun ke US$97.093, memicu perdebatan di kalangan investor tentang langkah investasi selanjutnya
Menurut Fyqieh Fachrur, trader Tokocrypto, pergerakan harga BTC jangka pendek dipengaruhi oleh aliran dana dari ETF Bitcoin-spot AS dan nominasi regulator pro-kripto di AS, seperti Ketua CFTC yang baru. Nominasi tersebut dapat membuka jalan bagi Bitcoin untuk menjadi aset cadangan strategis
Aktivitas transfer besar-besaran dari Mt. Gox sebesar $2,43 miliar dalam BTC memicu kekhawatiran akan tekanan jual yang dapat membanjiri pasar. Mt. Gox, yang kolaps pada 2014, saat ini memegang 39.878 BTC yang nilainya setara dengan US$3,92 miliar untuk dikembalikan ke kreditor. Hal ini berpotensi memengaruhi stabilitas harga BTC jika terjadi aksi jual besar-besaran.
Kenaikan harga yang signifikan juga memicu aksi ambil untung oleh investor jangka pendek, yang turut menekan harga BTC setelah menembus level US$100.000.
Sepanjang tahun 2024, Bitcoin telah tumbuh 131% year-to-date (YTD), menjadikannya salah satu aset dengan performa terbaik. Peningkatan adopsi institusional dan dukungan regulasi menjadi pendorong utama lonjakan harga. Beberapa analis memproyeksikan harga Bitcoin mencapai US$200.000 pada 2025 atau bahkan lebih dari US$1 juta pada 2030, didorong oleh meningkatnya kepercayaan pada teknologi blockchain dan adopsi global kripto.
Meskipun harga Bitcoin saat ini tinggi, banyak analis berpendapat bahwa aset ini tetap menarik bagi investor jangka panjang. Fyqieh Fachrur menegaskan bahwa meskipun fluktuasi jangka pendek tidak dapat dihindari, potensi jangka panjang Bitcoin masih cerah.
“Harga Bitcoin mungkin terlihat tinggi, tetapi bagi mereka yang percaya pada masa depan blockchain dan adopsi global kripto, ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk masuk ke pasar,” ujar Fyqieh. Ia menyarankan agar investor memiliki strategi jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh keputusan impulsif.
Bagi mereka yang takut ketinggalan momentum (FOMO), penting untuk memahami risiko volatilitas Bitcoin. Beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan:
- Dollar-Cost Averaging (DCA): Membeli Bitcoin secara bertahap untuk mengurangi risiko fluktuasi harga.
- Pantau Penurunan Harga: Beberapa investor melihat penurunan sebagai peluang membeli dengan harga lebih murah.
- Diversifikasi Portofolio: Bitcoin dapat menjadi bagian dari portofolio yang lebih luas untuk memitigasi risiko pasar kripto.
Dalam jangka pendek, harga BTC diperkirakan akan bergerak fluktuatif, dengan target US$120.000 pada kuartal pertama 2025. Dalam jangka panjang, prospek pertumbuhan tetap optimis, didukung oleh minat institusional yang meningkat dan regulasi yang lebih mendukung.
Meskipun tantangan pasar, Bitcoin terus menarik perhatian sebagai aset digital yang sah dan stabil di tengah adopsi global yang meningkat. Investor yang ingin masuk ke pasar disarankan untuk melakukan penelitian mendalam dan mempertimbangkan tujuan investasi jangka panjang. (EHS-01)