Jakarta, Makronesia.id – Australia, India dan Singapura menjadi tuan rumah EAS (East Asia Summit) Hackathon dengan tema “Combating Marine Plastic” yang diadakan pada 13 hingga 16 Desember di Jakarta. Acara ini diresmikan oleh Duta Besar Australia untuk ASEAN Will Nankervis, Duta Besar India untuk ASEAN Jayant Khobragade, dan Wakil Tetap Singapura untuk ASEAN Borg Tsien Tham. Duta besar dan pejabat EAS lain, pejabat senior Sekretariat ASEAN, The ASEAN Foundation, The Asia Foundation, CSIRO, organisasi masyarakat sipil, dan perwakilan sektor swasta juga turut hadir.
Penyelenggaraan Hackathon ini merupakan kelanjutan dari Lokakarya EAS Marine Plastic Debris yang diadakan pada 14‒15 February 2022. Acara ini terselenggara berkat kerja sama dengan the Asia Foundation (TAF), ASEAN Foundation, dan CSIRO (Australia’s Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation). Sementara masukan para ahli diberikan oleh Singapore’s National Environment Agency and India’s National Centres for Ocean Information Services and Coastal Research.
Generasi muda dari negara-negara anggota EAS berkompetisi dalam menciptakan inovasi berupa aplikasi digital yang akan membantu memonitor sampah laut lebih akurat serta mendorong pelaku bisnis untuk meminimalisir penggunaan plastik dan melakukan daur ulang.
Polusi plastik laut telah menjadi isu lingkungan hidup yang masif. Sebanyak 80% pencemaran di laut berasal dari plastik dengan 8 hingga 14 metrik ton plastik berakhir di laut setiap tahun. Terdapat 50-75 triliun keping plastik dan mikroplastik di lautan. Jumlah sampah plastik diperkirakan akan melebihi jumlah ikan di laut pada tahun 2050. Masalah ini berdampak serius, tak hanya bagi kehidupan ekosistem laut, tetapi juga pada ketahanan pangan dan kesehatan manusia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah sampah plastik di laut, di antaranya memberlakukan larangan plastik sekali pakai, mendirikan bank pengelola sampah, serta mendorong upaya daur ulang sampah plastik. Aplikasi besutan Hackathon ini diharapkan dapat melengkapi upaya dalam mengatasi tantangan tersebut.
Dalam sambutannya, Ambassador of Australia to ASEAN, H.E. Will Nankervis mengatakan bahwa, “Masalah sampah laut tidak akan terpecahkan tanpa partisipasi terus menerus dari generasi muda.”
“Untuk memerangi isu ini, kesadaran dan partisipasi yang sebesar-besarnya dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat adalah hal yang krusial,” kata Ambassador of India to ASEAN, H.E. Jayant Khobragade.
Chargé d’Affaires of the Permanent Mission of the Republic of Singapore to ASEAN Borg Tsien Tham turut menggarisbawahi bahwa Hackathon ini “memberikan ruang yang aman dan menyenangkan bagi para generasi muda untuk berlatih dan menghasilkan ide-ide baru dan kreatif”
EAS Hackathon diikuti oleh 13 tim dari negara anggota EAS, yaitu: Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Vietnam.
Selama kompetisi, para tim finalis dimentori dan dinilai oleh para ahli berbagai bidang, yaitu teknologi, sampah laut plastik, dan entrepreneur. Pemenang utama EAS Hackathon akan menerima hadiah uang tunai sebesar $7.000 USD, berkesempatan mempresentasikan idenya pada forum penting, dan akan berpartisipasi dalam program inkubator Pusat Inovasi Plastik CSIRO.
EAS Hackathon 2022 dimenangkan oleh tim dari Kamboja, Chanrithisak Phok dan Bunnet Phoung yang telah berhasil menciptakan aplikasi berbasis customer loyalty yang memungkinkan konsumen untuk mengurangi penggunaan plastik. Aplikasi ini terkoneksi pada ragam merchant mulai dari kuliner hingga barang kebutuhan sehari-hari. Bagi setiap konsumen yang melakukan pembelanjaan pada merchant tersebut tanpa menggunakan plastik dapat memindai QR code untuk mendapatkan rewards berupa poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah menarik yang disediakan dalam aplikasi.
“Kami merasa bangga bisa menjadi pemenang, sekaligus bersemangat untuk dapat mempresentasikan ide kami ke forum penting dengan dukungan ASEAN Foundation. Program inkubator CSIRO dan network yang kami dapatkan akan membantu mengembangkan aplikasi kami lebih lanjut sehingga dapat memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan,” kata Chanrithisak Phok dan Bunnet Phoung, pemenang EAS Hackathon 2022 dari Kamboja.
Lebih lanjut Phoc menambahkan bahwa ide mereka terinspirasi dari data temuan mereka, salah satunya yakni bisnis makanan dan minuman menyumbang 31% pencemaran sampah plastik di laut.
Pemenang utama EAS Hackathon akan menerima hadiah uang tunai sebesar $7.000 USD, berkesempatan mempresentasikan idenya pada forum penting, dan akan berpartisipasi dalam program inkubator Pusat Inovasi Plastik CSIRO.
“Melibatkan generasi muda sangat penting dalam meningkatkan kesadaran tentang sampah plastik laut,” ujar Dr. Yang Mee Eng Executive Director of ASEAN Foundation. “Kami percaya pada kekuatan kaum muda untuk menjadi bagian dari solusi. Melihat ide-ide yang masuk, saya menjadi saksi atas terobosan dan inovasi yang berpotensi besar untuk mengatasi masalah tersebut. Kami berharap Hackathon ini akan membuka jalan bagi penelitian dan inovasi, serta semakin membuka kesadaran publik, terutama di kalangan anak muda.”
Tentang ASEAN Foundation
Tiga dekade setelah ASEAN didirikan, para pemimpin ASEAN menyadari bahwa: kurang memadainya kesejahteraan bersama, kesadaran dan komunikasi di antara masyarakat ASEAN. Atas keprihatinan inilah para pemimpin ASEAN mendirikan ASEAN Foundation di Jakarta, Indonesia, pada KTT Hari Jadi ASEAN ke-30 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 15 Desember 1997. Berbasis di Jakarta, ASEAN Foundation adalah sebuah organisasi dari dan untuk masyarakat ASEAN. Organisasi ini hadir dengan satu visi: membangun Komunitas ASEAN yang solid dan sejahtera. Sebagai badan ASEAN, organisasi ini bertugas untuk mendukung ASEAN terutama dalam menyebarluaskan kesadaran, identitas, interaksi dan pengembangan masyarakat ASEAN. (BA/AM)