K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari adalah ulama besar dan pahlawan nasional yang pemikiran dan kiprahnya sangat berpengaruh bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia, baik di bidang pendidikan pesantren, pemberdayaan ekonomi umat, maupun perpolitikan. Tokoh yang dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama tersebut memainkan peran vital dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui Resolusi Jihad yang dikumandangkan 79 tahun silam. Berbagai pemikiran ulama besar tanah air ini dinilai tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman, terutama di tengah berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
“Beliau menegaskan, bahwa Islam tidak hanya mengajarkan kesalehan pribadi, tetapi juga menjadi pedoman moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat membuka secara daring Muktamar Nasional II Pemikiran Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE), dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2024).
Wapres mengemukakan, semangat jihad perang melawan penjajahan yang digelorakan K.H. Hasyim Asy’ari tersebut didasari semangat cinta tanah air atau hubbul wathan minal iman. Namun lebih penting lagi, tambahnya, K.H. Hasyim Asy’ari juga terus mengedepankan jihad perbaikan secara berkelanjutan. Menurut Wapres, semua itu dilakukan demi melindungi tujuan besar syariat Islam atau maqashidil kubra lis syari’atil Islamiyyah, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan, menjaga harta, dan termasuk pula menjaga tanah air.
“Apa yang telah dilakukan Hadratussyaikh di dalam rangka membangkitkan bangsa ini, untuk menjaga, mengawal, dan memajukan bagian daripada muḥāfaẓatu maqashidil ammah atau maqashidil kubra lis syari’atil Islamiyyah,” sebutnya.
Dalam kesempatan ini, Wapres juga menegaskan perlunya terus menggaungkan ajaran Islam wasathiyyah (Islam moderat) yang memiliki tiga pilar utama, yaitu persaudaraan sesama muslim (ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan sebangsa (ukhuwwah wathaniyyah), dan persaudaraan sesama manusia (ukhuwwah insaniyyah). Dalam pandangannya, ketiga pilar ini menjadi dasar penting untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian di antara masyarakat yang beragam di tanah air.
“Dengan berpegang pada ajaran ini, dibarengi dengan pemikiran Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari yang menekankan moderasi, kebijaksanaan, dan antifanatisme, kita optimis akan mampu menghadapi tantangan zaman demi keutuhan bangsa Indonesia,” ucap Wapres.
Oleh karena itu, ia meminta IKAPETE untuk terus menggali dan membumikan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari untuk kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara pada masa mendatang.
“Mari bersama-sama menjaga komitmen kebangsaan dan memperkuat moderasi beragama melalui dialog yang konstruktif untuk saling memahami dan memperkuat persatuan di tengah keberagaman,” ajak Wapres.
Selanjutnya, ia meminta agar sinergi dan kolaborasi multipihak ditingkatkan untuk memastikan terwujudnya kebebasan beragama rakyat Indonesia, sehingga Indonesia tetap menjadi rumah yang damai bagi semua.
Mengakhiri sambutannya, Wapres mengapresiasi upaya IKAPETE yang terus berkontribusi menyebarkan nilai perdamaian di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
“Semoga muktamar ini mampu mentransformasi warisan pemikiran Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari menjadi upaya dan rekomendasi nyata dalam memerdekakan umat Islam dan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, serta mewujudkan kemaslahatan umat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, K.H. Abdul Hakim Mahfudz mencatat, peran K.H. Hasyim Asy’ari dalam menyatukan umat Islam di tengah masuknya aliran-aliran baru pada awal abad ke-20 diakui sangat penting. Beliau berupaya menjaga keutuhan umat Islam dengan memegang teguh ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang berakar pada mazhab Imam Syafi’i. Di bawah bimbingannya, NU dan organisasi Islam lainnya mampu bersatu di bawah naungan Majlis Islam A’la Indonesia pada 1937 yang menjadi pondasi persatuan Islam dalam menghadapi kolonialisme dan tantangan ideologi baru.
“Apa yang kemudian bisa kita ambil ibroh dari pergerakan beliau bahwa beliau kemudian menjaga jangan sampai terjadi perpecahan umat Islam,” sambungnya.
Di lain pihak, Ketua Umum Presidium Nasional IKAPETE, Prof. Masykuri Bakri melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan wujud semangat para alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang untuk mengangkat kembali pemikiran dan harakah/gerakan K.H. Hasyim Asy’ari.
“Hadratussyaikh bukan sekedar pemikir, tetapi beliau adalah muharrik. Beliau adalah seorang tokoh yang sangat inklusif, sangat terbuka, dan sangat akomodatif terhadap berbagai macam pemikiran-pemikiran konstruktif di tengah kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, Prof. Masykuri menggambarkan, K.H. Hasyim Asy’ari sebagai sosok yang sangat populis dan tidak elitis sehingga bisa bergaul dengan siapa saja mulai dari tokoh hingga masyarakat kecil. Pemikirannya juga begitu kosmopolit yang menjangkau tataran mikro sampai tataran makro, dari tataran regional, tataran nasional, hingga tataran internasional.
Ayur