Makronesia.id, Jakarta – Harga emas (XAU/USD) diperdagangkan stabil di sekitar $2.650 pada pembukaan sesi Asia, Senin pagi. Meskipun saat ini bergerak datar, sejumlah faktor utama seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan aksi beli bank sentral diperkirakan akan memberikan dukungan terhadap logam mulia dalam jangka pendek.
Menurut Andy Nugraha, analis dari Dupoin Indonesia, tren bearish masih mendominasi pergerakan harga emas berdasarkan kombinasi candlestick dan indikator Moving Average. “Proyeksi hari ini menunjukkan potensi penurunan hingga $2.645. Namun, jika terjadi rebound, harga dapat menguat menuju target terdekat di $2.663,” ungkapnya.
Ketegangan geopolitik terus menjadi katalis bagi pergerakan harga emas. Pada Minggu, Israel mengumumkan rencana untuk menggandakan populasi di Dataran Tinggi Golan, wilayah yang diduduki sebagai respons terhadap ancaman dari Suriah. Langkah ini meningkatkan risiko konflik regional dan mendorong pelarian investor ke aset safe haven seperti emas.
Selain geopolitik, permintaan besar dari bank sentral juga memberikan dorongan positif bagi harga logam mulia. Selama 15 tahun terakhir, bank-bank sentral di berbagai negara terus menjadi pembeli utama emas. Menurut data World Gold Council, tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2025, menggarisbawahi peran emas sebagai lindung nilai terhadap krisis dan aset cadangan yang andal.
Namun, faktor ekonomi AS berpotensi menjadi penghambat kenaikan harga emas. Rencana kebijakan tarif dari Presiden AS terpilih, Donald Trump, diyakini akan memicu inflasi lebih lanjut. Hal ini mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menahan diri dari pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Carsten Menke, analis dari Julius Baer, menilai penguatan dolar AS sebagai tantangan utama bagi emas. “Dengan ekonomi AS yang menunjukkan performa kuat, ruang untuk penurunan suku bunga semakin kecil. Ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven,” jelasnya.
Pasar juga menantikan rilis data Indeks Manajer Pembelian (IMP) AS untuk bulan Desember yang dijadwalkan hari ini. Data ini akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang kondisi ekonomi AS dan arah kebijakan The Fed.
Pertemuan Federal Reserve pada Rabu mendatang akan menjadi momen krusial. Bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin, dan pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, akan menjadi perhatian utama pelaku pasar. Petunjuk mengenai kebijakan moneter untuk tahun 2025 akan sangat memengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa bulan ke depan.
Di tengah kondisi ini, analis memperkirakan harga emas akan bergerak dalam kisaran sempit $2.645 hingga $2.663. “Meskipun tekanan bearish masih membayangi, permintaan kuat dari bank sentral dan ketegangan geopolitik dapat memberikan dukungan sementara bagi harga emas,” ujar Andy Nugraha.
Dengan ketidakpastian global yang terus meningkat, emas tetap menjadi instrumen penting bagi investor yang mencari perlindungan nilai dan diversifikasi portofolio. Namun, dinamika pasar yang kompleks, terutama terkait kebijakan The Fed dan kekuatan dolar AS, akan terus menjadi faktor penentu utama bagi pergerakan logam mulia ini. (EHS-01)