Makronesia.id, Sumut – Di Aula Pascasarjana Poltekpar Medan, sebuah forum diskusi yang dihadiri oleh empat pakar dari berbagai disiplin ilmu memberikan gambaran mendalam tentang potensi sekaligus permasalahan yang ada di Kaldera Toba. Acara ini, yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Toba Caldera Global Geopark (BP TC-UGGp) Provinsi Sumatera Utara, bertujuan sebagai masukan untuk revalidasi status Kaldera Toba sebelum diserahkan ke Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU).
Kelembagaan: Membangun Fondasi yang Kuat
Budi Sinulingga, yang memiliki pengalaman panjang dalam birokrasi, membuka diskusi dengan menyoroti tantangan kelembagaan BP TC-UGGp. Menurutnya, lembaga ini masih menghadapi kendala dalam hal koordinasi dan penganggaran operasional.
“Jika BP TC-UGGp tidak mengadopsi pendekatan personal untuk merangkul dinas-dinas terkait dan pemerintah daerah di tujuh kabupaten, ruang gerak lembaga ini akan semakin terbatas. Administrasi yang kaku dan minim dukungan dari pemerintah kabupaten bisa menghambat implementasi program kerja,” ungkap Sinulingga.
Biologi: Keanekaragaman Hayati yang Belum Tergali
Reg Nat Binari Manurung, menyampaikan pesona biologi Kaldera Toba yang masih menyimpan rahasia keunikan alam. Ia menekankan bahwa keberagaman unggas, serangga, ikan, serta vegetasi di atas permukaan kaldera menawarkan peluang riset ilmiah yang luar biasa.
“Keunikan hayati adalah pondasi utama dalam penetapan suatu geopark. Inventarisasi dan identifikasi lanjutan perlu dilakukan agar keistimewaan lingkungan di Kaldera Toba semakin dikenal, serta masyarakat dapat memahami nilai kekayaan alamnya,” jelas Binari.
Kebudayaan: Kearifan Lokal sebagai Pondasi Ketahanan
Ibrahim Gultom, menyoroti pentingnya menggali kembali kebijaksanaan lokal dan warisan budaya yang telah ada sejak lama di Kaldera Toba. Ia meyakini bahwa nilai-nilai budaya lokal merupakan kunci untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
“Setiap masyarakat memiliki cara tersendiri untuk hidup selaras dengan lingkungan. Aktivitas, gagasan, dan artefak budaya adalah bukti nyata ketahanan mereka. Dengan memahami dan mengembangkan kebudayaan ini, kita dapat menciptakan kesinambungan yang memastikan kelestarian alam Kaldera Toba,” ujar Gultom, penulis buku Agama Malim.
Geologi: Jejak Bumi yang Mengisahkan Sejarah
Said Muzambiq, memberikan penjelasan mengenai proses tektonik dan vulkanik yang membentuk Kaldera Toba. Dengan menunjukkan bukti fosil dan formasi bebatuan, ia menggambarkan bagaimana sejarah geologi kawasan ini mengungkapkan kisah-kisah luar biasa.
“Fosil kerang yang ditemukan di dinding batuan Kaldera Toba, mirip dengan yang ada di pesisir Pantai Timur, menunjukkan bahwa dahulu kala dataran tinggi ini merupakan dasar laut. Ini adalah cerita menakjubkan yang bisa dijadikan bahan ‘story telling’ untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah alam kita,” paparnya.
Sinergi dan Harapan Bersama
Sebelum paparan para pakar, GM TC-UGGp, Azizul Kholis, menyampaikan gambaran umum mengenai proses dan tahapan kerja lembaga dalam memenuhi rekomendasi UNESCO Global Geopark. Acara ini juga dibuka resmi oleh Zumri Sulthony, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara. Tak hanya diskusi ilmiah, kegiatan ini turut dimeriahkan dengan penyerahan tiga bibit tanaman langka—mesoyii, nam nam, dan boni—yang dihadiahkan oleh Yayasan Mambang Bumi Selaras (MBS) kepada pihak BP TC-UGGp sebagai simbol komitmen dalam pelestarian alam.
Tak ketinggalan, penandatanganan MoU bersama sejumlah mitra strategis baru semakin menguatkan jaringan kolaborasi untuk mendukung misi edukasi, konservasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar Kaldera Toba.
Menatap Masa Depan Kaldera Toba
Forum diskusi ini tidak hanya membuka wawasan mengenai kekayaan dan tantangan yang ada di Kaldera Toba, tetapi juga menegaskan pentingnya sinergi antara kelembagaan, riset ilmiah, pelestarian budaya, dan studi geologi. Dengan pendekatan multidisiplin, diharapkan Kaldera Toba dapat lebih optimal dalam mengembangkan potensi alamnya serta mempertahankan nilai-nilai budaya lokal sebagai identitas yang kuat, sembari melangkah menuju pengakuan internasional melalui UNESCO Global Geopark.
Acara ini menjadi momentum penting bagi para pemangku kepentingan untuk bersama-sama merancang strategi pengelolaan yang holistik, memastikan Kaldera Toba tidak hanya menjadi situs geologi dan keanekaragaman hayati, tetapi juga pusat kebudayaan dan inovasi kelembagaan yang berkelanjutan. (EHS-01)