Makronesia.id, Jakarta – Setelah keruntuhan FTX pada akhir 2022, nilai mata uang kripto mengalami penurunan tajam. Sebuah artikel di The Atlantic berjudul “You Can Forget About Crypto Now” memberikan pandangan suram terhadap pasar aset digital, yang tampaknya akan bertahan lebih dari setahun setelahnya. Namun, Pandu Sjahrir, Founding Partner AC Ventures, tetap optimis bahwa mata uang kripto masih merupakan kelompok aset yang penting.
Lima belas bulan setelah kejadian tersebut, Jesse Choi, Co-Founder & Co-CEO Reku, mengumumkan bahwa perusahaan mereka mulai memperoleh keuntungan. “Saya senang untuk berbagi bahwa kuartal pertama tahun 2024 adalah yang terbaik bagi kami dalam dua setengah tahun terakhir, baik dari segi volume perdagangan maupun hasil finansial. Margin keuntungan kami melebihi 50%, sebuah pencapaian signifikan bagi kami,” ungkap Jesse.
Kebangkitan signifikan dalam pasar kripto pada 2024, terutama dengan Bitcoin mencapai harga tertinggi sepanjang masa, dapat dikaitkan dengan dua faktor utama: acara Bitcoin halving dan pengakuan yang lebih luas terhadap sektor kripto melalui peluncuran ETF Bitcoin oleh BlackRock.
Halving Bitcoin adalah peristiwa terjadwal yang mengurangi hadiah untuk menambang blok baru menjadi separuhnya. Ini menyebabkan harga Bitcoin naik, karena pasokan yang berkurang dengan permintaan yang tetap atau meningkat cenderung mendorong harga naik. Pasar menyambut halving ini sebagai peristiwa yang menguntungkan.
Secara paralel, peluncuran ETF Bitcoin BlackRock memainkan peran penting dalam melegitimasi kripto dalam lanskap keuangan institusional. ETF ini memungkinkan eksposur investasi institusional dan ritel yang lebih besar, meningkatkan likuiditas Bitcoin dan mengintegrasikannya ke dalam pasar keuangan yang lebih luas.
Langkah BlackRock sangat berpengaruh karena posisinya sebagai manajer aset terbesar di dunia, menambahkan lapisan kredibilitas dan stabilitas pada pasar kripto yang sebelumnya dianggap terlalu fluktuatif dan berisiko. ETF ini menjanjikan pelacakan harga yang lebih akurat dan potensi biaya yang lebih rendah dibandingkan metode investasi lainnya.
Perkembangan ini secara bersama-sama mendorong sentimen bullish di pasar kripto global, meningkatkan adopsi dan investasi dari investor institusional maupun pedagang ritel. “Pergerakan harga yang signifikan dalam Bitcoin seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas pasar secara keseluruhan, yang sangat positif bagi kami di Reku,” jelas Jesse.
Jesse juga membahas tren regulasi di pasar aset digital, menyoroti lanskap yang terus berkembang di berbagai yurisdiksi, terutama di Asia Tenggara. Ia mencatat bahwa wilayah seperti Hong Kong secara proaktif berusaha menjadi pusat kripto Asia. Di Indonesia, tanggung jawab regulasi akan segera dialihkan dari BAPPEBTI ke OJK, menandakan pengakuan kripto sebagai instrumen keuangan yang sah dan menunjukkan kecenderungan menuju regulasi yang lebih ketat.
Langkah ini adalah bagian dari tren lebih luas di mana pemerintah semakin menegaskan sikap mereka terhadap aset digital, sering kali dengan pendekatan kolaboratif dan terbuka terhadap regulasi dan inovasi. Sebagai contoh, peluncuran “Bulan Literasi Kripto” oleh pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen untuk mendidik publik dan mengintegrasikan aset digital ke dalam ekosistem keuangan utama.
Jesse juga merefleksikan evolusi peran dan persepsi Bitcoin dalam lanskap keuangan, mencatat pergeseran yang jelas dalam cara Bitcoin dilihat dan digunakan. “Bitcoin sekarang sering dibandingkan dengan emas, dilihat sebagai perlindungan terhadap inflasi. Peran Bitcoin semakin didefinisikan sebagai simpanan nilai daripada sebagai medium untuk transaksi,” katanya.
Dengan integrasi ke dalam struktur keuangan yang lebih formal seperti ETF dan penerimaan yang lebih luas oleh berbagai pemerintah dan lembaga global, Bitcoin menunjukkan bahwa dapat menjadi kelas aset yang tahan banting dan berharga, bahkan di tengah fluktuasi ekonomi.
Didirikan lebih dari lima tahun yang lalu, Reku merupakan salah satu pionir perusahaan kripto di Indonesia dengan lebih dari 500 ribu pengguna. Sebelumnya, Reku telah memperoleh pendanaan seri A senilai US$11 juta yang dipimpin oleh AC Ventures, dengan partisipasi dari investor terkemuka, termasuk Coinbase Ventures.
“Dua kuartal terakhir—Q1 2024 dan Q4 2023—telah menjadi periode aktivitas tertinggi dalam sejarah kami,” tambah Jesse. “Sebagai bursa yang beroperasi dengan model pendapatan berbasis volume, periode aktivitas tinggi ini telah memberikan kontribusi besar pada kinerja keuangan kami, menjadikan kuartal-kuartal ini sangat sukses.”
Dengan perkembangan regulasi yang positif dan pengakuan institusional yang meningkat, masa depan pasar kripto, terutama Bitcoin, tampak cerah. Reku siap memanfaatkan momentum ini untuk terus berkembang dan memimpin di pasar kripto Indonesia dan global. (EHS-01)