Klarifikasi Kronologis Video Viral Tentang “PDP Yang Dibiarkan Sendiri” Oleh Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi
Bogor, Makronesia.id — Setelah menyadari video mengenai penelantaran dirinya sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 di Rumah Sakit Mitra Keluarga Viral, kemudian ditanggapi miring oleh RS Mitra keluarga Melalui Siaran Pers Tertanggal 17 Maret 2020, Rita Pontoh, si pembuat Video berusaha menjawab siaran pers itu dengan video dan Press release dari dirinya.
“Saya sebagai pembuat video dan pasien ybs menyampaikan kronologis klarifikasi detil tentang kejadian yang utuh,” Ucapnya.
Berikut Kronologis yang ia buat. Tujuannya kata dia, dengan penyampaian ini untuk menghilangkan fitnah, rumor ataupun anggapan mencari sensasi.
“Saya siap mempertanggung jawabkan secara penuh,sadar dan tanpa tekanan pihak manapun<” ucapnya.
Cerita ini bermula dari Kepergiannya ke Eropa selama 30 hari sejak 11 februari 2020. Negara yang ia singgahi diantaranya adalah Italia sebelum Italia di Lockdown.
Kemudian ia tiba di tanah air tanggal 10 Maret 20120. Di airport CGK, ia menjalani skrening, walaupun ia sedang batuk dan sedikit demam, namun Rita dinyatakan Sehat kemudian mendapat kartu kuning. Esoknya ia tidak bisa tidur dan batuk terus.
“Saya istirahat di rumah, tidak bisa tidur batuk dan dada panas ( Saya pikit jetlag perbedaan waktu saja),” ucapnya.
Namun Tanggal 12 maret 2020 ia menuju Kantor Imigrasi untuk memperpanjang Pasport. Selama di Imigrasi dan perjalanan ia merasakan batuk berulang-ulang. Menyadari ada wabah Corona, Keluarganya menyarankan Untuk memeriksakan diri ke rumah Sakit.
:kalau au karantina diri sendiri kan kita juga butuh obat,: ucapnya.
Siangnya Rita mendatangi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. Tiba di RS Mitra Bekasi sekitar pukul 11.15 dia menuju konter informasi dan bertanya tentang sebaiknay ia ke dokter man, jika mengalami batuk, apakah dokter umum atau internis?.
Rumah sakit menyarankan Diokter umum, namun karena antriannya panjang ia memilih Internis, agar mendapat penanganan yang lebih cepat.
Singkatnya ia bertemu dokter Internis, ia kemudian menyampaikan keluahannya bahwa dadanya panas dan batuk tidak berdahak. Kemudian ia menceritakan semua perjalanannya ke Eropa terutama Italia.
“Ada asisten Beliau melakukan tensi dan suhu tubuh Saya 37,2. Beliau bilang “Ibu agak demam dan agak sesak sepertinya”, “Sejak kapan?” tanya Beliau? Saya sampaikan sejak tanggal 5 Maret 2020 dan Saya masih di Belanda, jadi belum ke dokter, hanya minum obat demam. Jawab Saya seperti itu,” ucapnya.
Rita kemudian menceritakan dengan detail perjalanannya ke Eropa terutama ke Italia. (semua ada di Kronologis yang ia buat dan sampaikan ke media).
Dokter internis kata dia, menyatakan Rita Masuk dalam “kategori PDP”. Dokter memerintahkan dirinya menaikkan posisi maskernya harus benar betul pakainya.
“Dan selanjutnya Beliau minta ijin untuk menelpon kolega Beliau. Selesai telpon, Saya diajak Beliau ke sebuah ruangan seperti IGD tapi dipisahkan dan disuruh tunggu,” ucapnya.
Sekitar 10 menit ia menunggu, datang seorang dokter wanita (sayangnya rita tidak bertanya namanya). Dokter wanita yang baru datang itu bilang bahwa Rita harus tes SWAB.
Rita berusaha bertanya apoa itu tes swab?. Dokter itu menjelaskan dengan baik. Tes itu adalah proses pengambilan sample Cairan dari tenggerokan.
“Saya bertanya apakah tes itu tidak bisa di lakukan disini?,” ucapnya.
Dokter itu mengatakan “tidak bisa bu!”, disebutkanlah 4 rumah sakit rujukan.
Kemudian Rita menyangupi untuk menuju ke RS rujukan tersebut. Namun Saat rita bertanya tentang Surat Pengantar atau rujukan?. Dokter itu mengatakan tidak perlu Surat pengantar.
”kata Beliau, ibu langsung datang dan sampaikan kartu kuning yang dari bandara ini,nanti mereka paham,” ucapnya menirutkan ucapan Dokter RS Mitra Keluarga itu.
Selanjutnya kata Rita, dirinya berialog dengan dokter itu terkiat interakis dirinya dengan keluarga di Jakarta.
Rita secara jujur menjawab, dirinay sudah bertemu Suami tapi belum bertemu dengan anak-anaknya. Dokter itu mengatakan seharusnya Rita tidak berinteraksi dengan suami dulu dengan keluarganya. Lalu Dokter RS Mitra keluarga meminta dia untuk segera menuju ke RS rujukan, bebas mau pilih yang mana saja.
Namun ia meminta izin untuk mengambil mobil ke rumah dan pakaian ganti di rumah dahulu.
Dokter RS mitra keluarga melarang dia untuk pulang dulu, namun mempersilahkan Rita naik angkutan Online.
Selanjutnya , Karena Rita merasa bingung, shock dan tidak paham seberapa bahaya PDP sampai tidak boleh bertemu keluarga. Maka ia duduk di lobby menunggu gerimis reda dan bikin video tersebut !!.
Menurutnya, kalau seorang di suspek PDP dan berbahaya berkeliaran. Kenapa boleh naik taxi? Tapi tidak boleh bertemu keluarga atau ganti kendaraan pulang ke rumah? Apakah tidak ada protokol yang lebih manusiawi dalam menangani orang yang dinyatakan PDP?
Beberapa kawan menghubungi dirinya dan bertanya kalau pulang dari LN harus bagaimana? Dan apa fungsi kartu skrining bandara?
Ia bilang dirinya masih shock bilang “ kartu kuning itu sampah dan Cuma kutukan saja, alih alih kita diobatin batuknya, justru mereka seperti takut dengan pasien yang membawa kartu kuning”
Kalau Saya datang dari LN dan merasa batuk saja, apa iya Saya ke puskemas? Jika Saya mampu membayar RS swasta? Apa iya langsung ujug ujug datang ke RS rujukan?
Menurutnya Punblik harusfaham bahwa kedatangan awal untuk berobat karena batuk dan predikat satus PDP diberikan oleh dokter RS Mitra Keluarga Bekasi, bukan oleh dirinya pribadi.
Ia mempersilahkan pihakRS Mitra Keluarga Bekasi untuk membuka kembali cctv di Rs Tersebut untuk mengcross check apakah dirinya berbohong atau mengada ngada dan kemudian merilis seolah olah dirinya datang untuk minta tes covid19.
Dengan kejadian ini, :
Rita meminta kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk SERIUS melakukan skrining dan Rapid Tes Covid19 kepada masyarakat terutama yang memang secara sukarela sudah menyatakan dirinya baru saja datang dari NEGARA WABAH CORONA tanpa perlu dipersulit dengan alasan “KONDISI SEHAT !! dan Saya meminta kepada para INFLUENCER COVID19 untuk tidak membodohi orang dengan pernyataan Orang yang baru pulang dari negara wabah dengan SEBUTAN BAPER COVID19. Jangan biarkan orang baik menjadi JOKER hanya karena Influencer bekerja demi uang dan bayaran sehingga tertutup akal warasnya. Untuk mengurangi kepanikan sebaiknya dilakukan kemudahan orang orang yang merasa dirinya baru dari datang negara Wabah untuk dapat periksa swab tanpa di sudutkan seolah olah baper dan sebagainya. Mohon jangan Playing God