MAKRONESIA.ID

Vero Ungkap Tren dan Tantangan Pemasaran Influencer di Asia Tenggara Menuju 2025

Makronesia.id, Jakarta – Influencer telah menjadi elemen penting dalam lanskap pemasaran di Asia Tenggara, namun strategi kolaborasi brand dan influencer sering kali memerlukan penyesuaian agar lebih efektif. Vero, yang baru saja dinobatkan sebagai Influencer Marketing Agency of the Year oleh Campaign Asia, merilis white paper berjudul “Impact, Engagement, and the Future of Influencer Marketing: Insights from Influencers”.

Dokumen ini menggali wawasan dari survei terhadap hampir 150 influencer di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Vietnam, untuk membantu brand memahami cara terbaik menjalin kolaborasi dengan influencer.

Menurut survei, 34% influencer menekankan pentingnya storytelling dalam menciptakan konten. Dengan semakin kompetitifnya platform seperti TikTok (82%) dan Instagram (78%), hanya konten yang menarik dan relevan yang mampu menonjol. Di Indonesia, live streaming menjadi metode populer untuk peluncuran produk, promosi, dan penjualan langsung, sementara konten gamifikasi seperti kuis dengan hadiah menarik mampu meningkatkan interaksi audiens.

Sebanyak 58% influencer memilih mempertahankan gaya pribadi mereka sambil menyelaraskan pesan brand. Namun, jika ada perbedaan nilai dengan brand, 37% influencer lebih memilih menolak kolaborasi, sementara 38% lainnya bersedia menawarkan ide alternatif agar tetap relevan. Di Indonesia, influencer secara strategis memanfaatkan tren terkini (25%) dan memahami audiens target mereka (32%) untuk meningkatkan keterlibatan.

Kurangnya kebebasan kreatif menjadi tantangan utama bagi 29% influencer di Asia Tenggara, dengan angka tertinggi di Thailand (37%). Ekspektasi yang tidak realistis (20%) dan keterlambatan pembayaran (19%) di Indonesia juga menjadi hambatan. Meski demikian, 69% influencer menyatakan bahwa komunikasi terbuka dengan brand meningkatkan loyalitas mereka.

Meski kompensasi tetap penting, influencer di Indonesia (30%) mengutamakan hubungan jangka panjang dengan brand. Kemitraan ini tidak hanya memperkuat branding yang autentik tetapi juga memastikan konsistensi pesan dalam jangka panjang.

Tahun 2025 diprediksi akan membawa fokus baru pada social commerce, keaslian, dan penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI). Banyak influencer (36%) mulai memanfaatkan AI untuk menciptakan konten, sementara 33% menyoroti potensi social commerce sebagai pendorong utama pemasaran. Selain itu, membangun komunitas solid melalui kolaborasi antar-influencer (23%) dan acara komunitas (28%) diperkirakan akan menjadi strategi utama.

Untuk memaksimalkan efektivitas kampanye influencer, Vero menghadirkan TrueVibe, solusi pemasaran berbasis data yang mengevaluasi influencer melalui enam kriteria utama: Jangkauan, Minat, Engagement, Kualitas Konten, Otoritas, dan Nilai. Metodologi ini dirancang untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara brand dan influencer.

Agar tetap relevan, baik brand maupun influencer harus bersikap fleksibel dan responsif terhadap tren dan perkembangan platform. Menjaga keaslian tetap menjadi fondasi utama, memastikan hubungan jangka panjang yang lebih kuat dengan audiens.

Dengan wawasan ini, Vero menegaskan pentingnya strategi kolaborasi yang cermat, berkelanjutan, dan berbasis data agar brand dan influencer dapat berkembang bersama di tengah lanskap digital yang terus berubah. (EHS-01)

Exit mobile version