Makronesia.id, Jakarta – Di tengah gelombang besar tantangan perubahan iklim yang dihadapi dunia, Ant International, perusahaan global terkemuka di bidang teknologi pembayaran digital, baru saja meluncurkan program ambisius bernama AquaViva pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29).
AquaViva bukan sekadar program konservasi laut, melainkan sebuah langkah konkret untuk memanfaatkan kekuatan teknologi digital dalam melindungi ekosistem laut yang semakin terancam.
Lautan, yang berfungsi sebagai penyerap karbon terbesar, menghasilkan lebih dari 50% oksigen yang kita hirup, serta menangkap 90% panas berlebih akibat perubahan iklim.
Meskipun banyak negara sudah berkomitmen pada perlindungan laut, data terbaru menunjukkan bahwa hanya 8% dari luas laut yang dilindungi, jauh dari target global untuk melindungi 30% pada tahun 2030. Di sinilah peran penting AquaViva yang hadir untuk mendorong kesadaran dan tindakan nyata dalam melestarikan lautan kita.
Melalui platform digitalnya yang telah menghubungkan lebih dari 1,6 miliar pengguna, Ant International memanfaatkan jaringan global untuk menginspirasi perubahan. AquaViva bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam konservasi laut melalui pendekatan berbasis teknologi.
Salah satu contohnya adalah inisiatif GForest yang sukses di Filipina, di mana Ant International menggandeng GCash untuk mendorong pengguna melakukan aktivitas ramah lingkungan seperti menanam pohon.
Leiming Chen, Chief Sustainability Officer Ant International, menekankan bahwa teknologi digital memiliki peran besar dalam menciptakan kesadaran dan mendorong tindakan nyata terhadap keberlanjutan.
“Dengan memanfaatkan ekosistem digital kami, kami dapat menjangkau jutaan orang, memberikan informasi yang dibutuhkan, dan mendorong mereka untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian laut,” ujarnya.
AquaViva juga menggandeng Conservation International, sebuah organisasi global yang telah berpengalaman lebih dari 25 tahun dalam melindungi lingkungan.
Organisasi ini akan berfokus pada konservasi hiu paus di Indonesia, dengan proyek pertama yang dimulai di kawasan Teluk Saleh, Sumbawa, Gorontalo, Sulawesi, dan Kaimana, Papua Barat.
Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan kebijakan ekowisata yang mendukung keberlanjutan dan memberikan manfaat bagi komunitas lokal yang bergantung pada laut.
Dr. Richard Jeo, Wakil Presiden Senior Conservation International untuk Asia Pasifik, menegaskan pentingnya melindungi lautan sebagai kunci untuk kelangsungan hidup manusia dan ekosistem.
“Lebih dari 600 juta orang bergantung pada laut sebagai sumber makanan dan mata pencaharian. Program seperti AquaViva sangat penting untuk meningkatkan kesadaran global tentang peran laut dalam mengatur iklim dan ketahanan pangan,” ujarnya.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya ekosistem laut, AquaViva berharap dapat menciptakan perubahan yang lebih besar dalam perlindungan laut di tingkat global. Melalui kemitraan yang erat antara sektor publik, swasta, dan masyarakat luas, Ant International berharap dapat mempercepat pencapaian target keberlanjutan iklim global.
Program ini tidak hanya menyasar perlindungan laut secara langsung, tetapi juga mengintegrasikan teknologi digital untuk memberikan wawasan baru dalam penelitian konservasi, serta mendorong tindakan kolektif yang lebih luas. Dengan dukungan dari berbagai pihak, AquaViva siap membawa harapan baru bagi kelestarian laut dan kehidupan yang bergantung padanya.
Inilah contoh nyata bagaimana inovasi digital dapat menjadi kekuatan untuk perubahan positif, memberi dampak besar bagi keberlanjutan planet ini, dan menjaga agar lautan tetap menjadi garis hidup bagi generasi mendatang. (EHS-01)