Makronesia.id, Jakarta – Harga Bitcoin, yang dikenal sebagai raja mata uang kripto, kini mengalami penurunan signifikan, dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi situasi ini. Penurunan ini tidak terlepas dari dampak krisis dolar AS serta kemerosotan yang terjadi di Wall Street.
Menurut Forbes, pernyataan mendadak dari Federal Reserve (The Fed) mengenai kesiapan mereka menghadapi krisis dolar AS menambah ketidakpastian di pasar. Akibatnya, harga Bitcoin diperkirakan bisa turun lebih jauh, bahkan berpotensi menyentuh level terendah di bawah $40.000, seperti yang pernah terjadi pada Januari lalu.
Sebagai aset yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, harga Bitcoin tidak hanya terikat pada pergerakan pasar kripto secara umum, tetapi juga pada perbandingan dengan altcoin, hasil penjualan ETF Bitcoin Spot, serta sentimen negatif dari tokoh-tokoh besar di dunia kripto.
**Apa yang Harus Dilakukan Investor dalam Kondisi Ini?**
Di tengah ketidakstabilan harga, keputusan untuk membeli atau menjual Bitcoin memerlukan pertimbangan matang. Prinsip dasar investasi tetap sama, baik untuk kripto maupun aset konvensional: jangan terburu-buru dan panik hanya karena harga turun.
Langkah pertama adalah memahami penyebab penurunan harga Bitcoin dan menilai apakah kondisi ini bersifat sementara atau akan berlanjut. Jika Anda yakin bahwa Bitcoin memiliki nilai jangka panjang yang tinggi, maka ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli dengan bijak.
Namun, penting untuk tidak terjebak dalam fenomena Fear of Missing Out (FOMO) yang sering muncul saat harga turun. Mengambil keputusan berdasarkan analisis yang baik, bukan emosi, akan lebih bermanfaat dalam jangka panjang.
Dalam situasi pasar yang fluktuatif ini, pendekatan yang hati-hati dan terinformasi akan membantu investor untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam menghadapi pergerakan harga Bitcoin yang penuh ketidakpastian. (EHS-01)