Makronesia.id, Jakarta – Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran global terhadap perubahan iklim, perdagangan karbon telah muncul sebagai salah satu mekanisme kunci untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sistem ini memungkinkan perusahaan atau negara yang berhasil mengurangi emisi di bawah kuota yang ditentukan untuk memperdagangkan kredit karbon mereka kepada entitas lain yang membutuhkannya. Namun, meskipun tujuan utamanya jelas untuk mendorong penurunan emisi tantangan seputar transparansi, keandalan, dan efisiensi masih menjadi penghambat utama.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi blockchain telah berkembang pesat dan memberikan solusi untuk berbagai sektor, termasuk perdagangan karbon. Blockchain, yang pertama kali dikenal sebagai teknologi dasar di balik mata uang kripto seperti Bitcoin, adalah sebuah buku besar digital terdesentralisasi yang mencatat transaksi secara aman dan transparan. Teknologi ini berpotensi membawa perubahan revolusioner dalam mengelola perdagangan karbon dengan cara yang lebih efisien, transparan, dan aman.
Dalam konteks perdagangan karbon, blockchain menawarkan transparansi penuh pada setiap transaksi yang terjadi. Semua riwayat transaksi mulai dari asal-usul kredit karbon hingga perdagangannya dapat ditelusuri secara real-time. Hal ini mencegah adanya praktek double counting atau manipulasi data, yang sering kali menjadi masalah dalam perdagangan karbon konvensional.
baca juga : Mengguncang Dunia Investasi: Tokenisasi Aset Properti Pertama di Indonesia melalui Blockchain
Selain itu, penggunaan smart contract dalam blockchain dapat mempercepat dan mempermudah transaksi. Dengan smart contract, perjanjian jual-beli kredit karbon bisa dieksekusi secara otomatis tanpa perlu campur tangan pihak ketiga, mengurangi biaya serta waktu yang dibutuhkan. Teknologi ini juga dapat memfasilitasi perdagangan energi terbarukan secara peer-to-peer, sehingga birokrasi yang biasanya melekat pada transaksi besar dapat dipangkas.
Beberapa perusahaan besar telah mulai menerapkan blockchain dalam perdagangan karbon. Misalnya, IBM telah mengembangkan platform berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam perdagangan kredit karbon. Perusahaan lain seperti Veridium juga menggunakan blockchain untuk melacak dan memperdagangkan offset karbon, yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk mengimbangi emisi mereka.
Manfaat dari penerapan blockchain dalam perdagangan karbon terasa oleh berbagai pihak. Penjual kredit karbon dapat menikmati pembayaran yang lebih cepat dan audit yang transparan, sementara pembeli kredit karbon memperoleh kepastian mengenai asal-usul dan validitas kredit yang mereka beli. Di sisi lain, pemerintah dan regulator juga diuntungkan dengan adanya data real-time yang akurat, memungkinkan mereka untuk memantau dan mengatur pasar karbon dengan lebih efektif.
Teknologi ini juga membuka peluang baru dalam hal pembiayaan hijau. Dengan tokenisasi kredit karbon, aset-aset ini dapat diperdagangkan secara global, memperluas jangkauan pasar dan memberikan investor kesempatan untuk terlibat dalam ekonomi hijau. Hal ini tidak hanya membantu transisi menuju ekonomi rendah karbon, tetapi juga mendorong lebih banyak investasi dalam proyek-proyek yang berkelanjutan.
Walau begitu, seperti teknologi baru lainnya, penerapan blockchain dalam perdagangan karbon juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah regulasi. Meskipun blockchain menawarkan transparansi dan efisiensi, implementasinya harus sesuai dengan regulasi dan kebijakan perdagangan karbon yang berlaku di tingkat nasional maupun global.
Adopsi teknologi juga menjadi tantangan tersendiri. Blockchain membutuhkan infrastruktur yang memadai dan integrasi yang lancar dengan sistem perdagangan karbon yang ada. Selain itu, keamanan data juga harus menjadi perhatian utama, mengingat ancaman serangan siber yang bisa mengancam integritas transaksi.
baca juga : Pasar Kripto Indonesia Meledak: Transaksi dan Jumlah Investor Melonjak Signifikan
Di tengah upaya global untuk mengurangi emisi karbon, blockchain muncul sebagai teknologi dengan potensi besar untuk merevolusi perdagangan karbon. Dengan menawarkan transparansi, efisiensi, dan keamanan, blockchain dapat membantu mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon. Namun, untuk mencapai potensi penuhnya, tantangan dalam hal regulasi, adopsi teknologi, dan keamanan perlu diatasi.
Dengan solusi yang tepat, blockchain bisa menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem perdagangan karbon yang lebih terintegrasi dan efektif, serta mendorong masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (EHS-01)