Jakarta, Makronesia.id — Dolar kembali berkibar dan membawa risiko penurunan berbagai mata uang lainnya di seluruh dunia. Indeks Dolar melonjak ke level tertinggi sejak Juni 2017 di awal pekan perdagangan ini, mencapai level tertinggi 17-bulan untuk Dolar dan rekor terendah untuk Euro yang merosot ke level terendah sejak Juni 2017 karena apresiasi Dolar ini.
Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM, Jameel Ahmad, mengatakan Reli Dolar ini akan sangat menguji ketahanan mata uang lainnya, namun risiko terbesar yang mungkin akan diperhatikan investor adalah apa dampaknya pada pasar berkembang seperti Indonesia?
“Dolar yang menguat adalah salah satu faktor terbesar di balik melemahnya pasar berkembang di sepanjang musim panas, dan berita bahwa Dolar mengalami reli ke level tertinggi baru akan membuat pasar mempertanyakan apakah pasar berkembang akan kembali melemah sebelum kita menutup tahun 2018,”ucapnya, dalam siaran pers yang diterima makronesia.id.
Menurutnya, salah satu topik paling menarik untuk dipantau adalah apakah apresiasi Dolar ini cukup untuk membuat Yuan China “terjungkal” dan hampir menyentuh level tujuh psikologis terhadap Dolar AS. Pergerakan Dolar adalah tantangan berkelanjutan bagi pasar berkembang di sepanjang tahun ini, namun kekuatan Yuan China untuk menghindari level 7 terhadap USD dianggap sebagai salah satu lini pertahanan terakhir bagi pasar berkembang sebelum mengalami aksi jual yang luar biasa lagi.
Penyebab utama reli Dolar ini nmenurutnya, berawal dari Ketegangan dagang dan kebijakan Fed. Federal Reserve dan divergensi bank sentral sehubungan dengan kebijakan suku bunga ambisius Amerika Serikat menurutnya jawaban yang dapat diajukan secara cepat oleh analis. Namun menurutnya kurang akurat.
“Jika kita mengingat bahwa Fed selalu konsisten menyampaikan akan menaikkan suku bunga AS sejak beberapa waku yang lalu. Kebijakan suku bunga AS sudah terefleksikan dalam harga USD sejak dulu,” ucapnya.
Itu artinya kata dia, ada alasan lain di balik kenaikan kurs Dolar. Jameel menganggap kenaikan ini disebabkan oleh semakin besarnya keraguan bahwa Presiden Trump tidak berbohong terkait kesepakatan dagang dengan China yang ia katakan mungkin akan segera tercapai.
Walaupun pihaknya belum melihat perubahan berarti terhadap isu ini, namun ia juga tidak melihat optimism itu. Ini menyiratkan bahwa mungkin ini hanyalah taktik strategis sebelum rapat G-20 yang akan digelar di Argentina bulan ini.
Sementara itu, Emas melemah menyiratkan apresiasi Dolar didorong oleh isu dagang. Saat ini kata dia, investor sedang bertaruh pada Dolar yang bullish, dan ini membuat dirinya semakin cenderung pada pandangan bahwa kenaikan Dolar didorong oleh ketidakpercayaan bahwa kesepakatan dagang dengan China benar-benar dapat dicapai bulan ini. (ALIAMUDIRA)