Makronesia.id, Jakarta – Harga emas (XAU/USD) tetap stabil di kisaran $3.019, meskipun pasar menunggu rilis Laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS untuk Februari 2025 yang dijadwalkan keluar besok. Data PCE, yang menjadi acuan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga, diperkirakan akan menunjukkan tekanan inflasi yang masih cukup tinggi. Hal ini berpotensi menunda penurunan suku bunga dan memberikan tekanan pada pasar aset berisiko seperti saham dan aset kripto.
Menurut Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, tren bullish emas masih terlihat kuat berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average. Ia memproyeksikan harga emas dapat naik hingga mencapai $3.035 jika momentum bullish berlanjut. Namun, jika terjadi reversal, harga emas bisa dikoreksi ke level support terdekat di $3.013.
Di sisi lain, perdagangan saham AS menunjukkan tekanan; Indeks S&P 500 turun lebih dari 1,1%, Dow Jones Industrial Average melemah sekitar 0,4%, dan Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi merosot lebih dari 2%—seiring persiapan Presiden Trump untuk mengumumkan tarif baru pada impor mobil AS. Penguatan Indeks Dolar AS (DXY) selama empat hari terakhir, yang mencapai level tertinggi tiga minggu di 105,00, semakin menekan aset berisiko. Data ekonomi AS yang positif, terutama peningkatan PMI Jasa ke 53,5 dari 51,6, mendukung penguatan dolar, meskipun kenaikan pesanan barang tahan lama turut memberikan sinyal kekuatan ekonomi.
Fahmi menambahkan, “Jika data inflasi PCE ternyata lebih tinggi dari ekspektasi, kemungkinan penguatan dolar akan berlanjut, yang akan menekan harga aset berisiko seperti Bitcoin dan saham AS. Namun, jika inflasi PCE lebih rendah, kita mungkin akan melihat pelonggaran pada dolar dan potensi reli yang mendorong Bitcoin kembali ke level $90.000.”
Dalam konteks investasi, ETF Bitcoin spot terus menunjukkan aliran dana masuk neto positif selama delapan hari berturut-turut, hampir mencapai total $1 miliar, sedangkan ETF Ethereum spot masih mengalami tren netflow negatif selama sembilan hari perdagangan. Fahmi menyarankan bagi investor yang mengutamakan fundamental untuk mengalokasikan dana ke aset crypto dengan kapitalisasi pasar terbesar dan saham AS berperforma tinggi. Fitur Packs di aplikasi Reku, yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing otomatis, menjadi alat yang memudahkan diversifikasi dan penyesuaian portofolio sesuai kondisi pasar.
Secara keseluruhan, prospek pasar dalam jangka pendek sangat bergantung pada rilis data PCE inti dan respons pasar terhadap kebijakan tarif baru serta dinamika ekonomi global. Investor pun diimbau untuk tetap waspada dan menyesuaikan strategi investasi mereka, baik melalui diversifikasi maupun dengan memanfaatkan platform digital yang menyediakan kemudahan dalam monitoring dan rebalancing portofolio. (EHS-01)



