Ahmad Zukhri Siregar
Guru Bahasa Arab MAN IC Tapanuli Selatan
Sejak terpilihnya Gus Yahya (KH Yahya Khalil Staquf) pada Desember lalu 2021 banyak media yang menyoroti kejadian itu karena organisasi yang sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka tersebut merupakan diklaim memiliki anggota atau merasa bagian dari NU setengah umat islam di Indonesia.
Pada Rabu, 12 Januari 2022 PBNU memutuskan nama-nama Kepengurusan Periode 2022-2027. Terjadi hal menarik salah satunya masuknya kaum perempuan dalam Kepengurusan, itu merupakan pertama bagi PBNU dan mengundang debatable (perbincangan). Tak kalah menarik juga ada beberapa istilah nama-nama kepengurusan yang dianggap asing sebagian orang yaitu PBNU menggunakan sebagian istilah-istilah bahasa asing (Arab) dalam menempatkan nama kepengurusannya seperti Mustasyar, Syuriyah, Rais, Katib, Aam, A’wan dan Tanfidziyah ini merupakan pertanyaan bagi sebagian orang, apa makna tersebut.
Dalam bahasa tentu ada kaidah yang mengatur/membentuk kata tersebut istilah bahasa arab dinamakan Isytiqoq (Derivasi). Ada 7 (tujuh) kata yang terambil dari bahasa Arab yaitu; 1. Mustasyar terambil dari kata Istasyara’ bermakna meminta petunjuk jadi Mustasyar menjadi orang-orang yang dimintai petunjuk (pertimbangan), 2. Syuriyah terambil dari kata syawara bermakna musyawarah jadi Syuriyah maksudnya orang-orang yang pengambil keputusan dalam musyawarah terebut seperti legislatif, 3. Rais terambil dari ra’sun bermakna Kepala jadi Rais berbentuk Pelaku dimaksudkan bermakna Ketua, 4. Katib terambil dari kataba bermakna menulis jadi Katib bermakna pelaku artinya orang yang menulis seperti Sekretaris, 5. Aam terambil dari kata ‘Amama bermakna di depan jadi Aam menjadi kata benda yang bermaksud umum dan 6. A’wan terambil dari kata Awn yang artinya bantuan A’wan menjadi jamak maksudnya orang yang membantu, terakhir 7. Tanfidziyah terambil dari kata Naffadza bermakna melaksanakan jadi Tanfidziyah yaitu orang yang melaksanakan harian.
Wallahu alam bisawab