Masa Depan Generasi Muda Indonesia: Antara Optimisme dan Tantangan Besar

0
5

Makronesia.id, Jakarta – Generasi muda Indonesia, baik Milenial maupun Gen Z, memiliki pandangan yang berbeda terkait masa depan mereka. Sementara para Milenial lebih optimis tentang prospek karier dan kualitas hidup mereka, Gen Z cenderung lebih ragu-ragu menghadapi tantangan yang datang. Namun, satu hal yang pasti: pekerjaan tetap menjadi perhatian utama mereka.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Vero Advocacy dan Kadence International mengungkapkan dinamika yang menarik terkait harapan dan tantangan yang dihadapi oleh lebih dari 2.700 responden dari enam negara Asia Tenggara, termasuk 453 orang dari Indonesia. Studi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam aspirasi dan kesulitan yang dihadapi oleh dua generasi ini, dengan fokus pada pengembangan kebijakan yang dapat mendukung pertumbuhan jangka panjang.

Di Indonesia, 89% responden Milenial (berusia 27-43 tahun) mengaku percaya bahwa kualitas hidup mereka akan meningkat dalam lima tahun ke depan. Mereka optimis tentang prospek ekonomi dan karier. Di sisi lain, 87% Gen Z (berusia 18-26 tahun) juga merasakan hal yang sama. Angka ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, yang menunjukkan bahwa optimisme di Indonesia cukup tinggi.

Namun, optimisme ini tidak datang tanpa tantangan. Salah satu masalah utama yang muncul dalam survei ini adalah kesempatan kerja. Di Indonesia, 88% Gen Z dan 89% Milenial menilai pekerjaan sebagai tantangan terbesar mereka. Meskipun banyak yang percaya masa depan mereka akan lebih baik, ketidakpastian di pasar kerja menjadi sumber kekhawatiran yang signifikan. Tingkat kepuasan terhadap kesempatan kerja di Indonesia bahkan hanya mencatatkan angka 42%, salah satu yang terendah di Asia Tenggara.

Selain pekerjaan, generasi muda Indonesia juga sangat memperhatikan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. 73% responden Gen Z dan 76% Milenial mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang kualitas pendidikan yang tersedia. Biaya pendidikan yang tinggi menjadi penghalang utama bagi mereka untuk berkembang di dunia yang semakin kompetitif. Survei ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah di sektor pendidikan hanya mendapat kepuasan 41% dari generasi muda, yang menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap sistem pendidikan yang ada.

Tidak kalah penting, masalah akses kesehatan juga menjadi isu besar bagi generasi muda. Sekitar 44% dari responden menganggap biaya dan akses layanan kesehatan menjadi kendala serius. Pandemi COVID-19 memberikan dampak jangka panjang terhadap persepsi mereka, dengan banyak yang merasa tidak dapat mengakses perawatan medis yang mereka butuhkan.

Melihat tantangan yang ada, Vero Advocacy menekankan pentingnya peran pemerintah dan sektor swasta dalam menciptakan kebijakan yang dapat menjawab kebutuhan generasi muda. Pemerintah diharapkan untuk memprioritaskan kebijakan yang dapat memperluas kesempatan kerja, mengurangi biaya pendidikan, dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang lebih terjangkau.

“Suara anak muda mewakili harapan generasi masa depan dalam pembuatan kebijakan. Pandangan dan partisipasi aktif mereka memastikan bahwa keputusan kebijakan memperhitungkan konsekuensi dan kebutuhan di masa depan,” ungkap Dr. Aditya Batara Gunawan, Kepala Departemen Ilmu Politik Universitas Bakrie, Jakarta.

Sementara itu, Nattabhorn Buamahakul, Managing Partner di Vero Advocacy, menambahkan, “Anak muda di Asia Tenggara merupakan kekuatan utama yang mendorong pertumbuhan kawasan ini. Sangat penting bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mendengar aspirasi mereka dengan secara aktif meningkatkan standar hidup dan peluang bagi mereka.”

Agar masa depan yang lebih baik dapat terwujud, perlu ada ruang khusus bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bersama-sama menciptakan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan. Ini adalah kunci untuk membangun masa depan yang stabil dan mendukung aspirasi generasi muda Indonesia.

Melalui kolaborasi ini, diharapkan generasi muda tidak hanya menjadi penonton dalam pembangunan negara, tetapi juga menjadi aktor utama yang memimpin perubahan positif. (EHS-01)

Artikulli paraprakPolisi dan Schneider Electric Ajak Warga Waspada Terhadap Bahaya Produk Palsu: Lindungi Diri dan Laporkan Peredarannya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini