Makronesia.id, Jakarta – Kepemilikan rumah selalu menjadi impian, namun bagi Generasi Z dan Milenial, impian tersebut sering terasa sulit dijangkau. Harga properti yang terus merangkak naik, ditambah dengan situasi finansial yang belum stabil, membuat mereka semakin sulit untuk memulai langkah pertama menuju memiliki rumah sendiri.
Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing PT Cemindo Gemilang Tbk, menyebutkan bahwa salah satu faktor utama yang menghambat generasi muda membeli rumah adalah tingginya harga lahan di perkotaan. “Harga tanah yang terus melonjak di kota-kota besar membuat perkembangan properti bergeser ke kawasan sub-urban dan pedesaan. Ini memerlukan inovasi dari industri properti agar bisa menarik perhatian generasi muda,” ungkap Nyiayu.
Tantangan lainnya adalah bagaimana industri properti bisa mengakomodasi gaya hidup generasi muda yang lebih memilih soft living gaya hidup yang sederhana, praktis, dan efisien. Gaya hidup ini banyak dipilih oleh Gen Z yang lebih selektif dalam memilih apa yang penting bagi mereka, serta menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu. “Industri properti harus bisa menyediakan rumah yang menawarkan fleksibilitas dan kepraktisan, dari akses yang mudah, desain rumah yang fungsional, hingga cara membeli rumah yang lebih mudah,” tambahnya.
Bagi generasi muda yang memiliki mobilitas tinggi, lokasi yang strategis lebih penting daripada hanya sekadar berada di pusat kota. Kemudahan akses ke transportasi publik, pusat perbelanjaan, atau ruang kerja bersama (coworking space) menjadi prioritas utama. Lokasi yang mendukung gaya hidup yang aktif dan efisien inilah yang kini dicari oleh Gen Z dan Milenial.
Selain itu, desain rumah yang fungsional juga menjadi kunci. Rumah yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan mudah dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan penghuninya sangat menarik bagi generasi muda. “Teknologi juga memainkan peran besar. Rumah yang dapat diintegrasikan dengan teknologi digital, mulai dari sistem otomatisasi hingga koneksi internet yang cepat, sangat penting untuk mendukung gaya hidup modern mereka,” ujar Nyiayu.
Dari sisi pembiayaan, institusi keuangan juga perlu beradaptasi dengan pola pikir generasi muda yang cenderung tidak tertarik menabung dalam jumlah besar untuk tujuan jangka panjang, seperti membeli rumah. Generasi ini lebih memilih skema pembayaran yang lebih fleksibel, seperti rent-to-own atau sewa dengan opsi beli, yang lebih sesuai dengan kemampuan finansial mereka.
Dengan pendekatan yang tepat, baik dari segi desain, aksesibilitas, maupun skema pembiayaan, industri properti memiliki peluang besar untuk menarik perhatian Gen Z dan Milenial. Inovasi dalam menciptakan hunian yang memenuhi kebutuhan mereka dapat menjadi kunci sukses untuk mengatasi tantangan kepemilikan rumah di kalangan generasi muda saat ini. (epan)