Makronesia.id, Jakarta – Konektivitas internet di Indonesia tidak hanya menjadi infrastruktur teknologi, tetapi juga pendorong utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui literasi digital. Meskipun dihadapkan pada tantangan besar, seperti biaya tinggi dan keterbatasan infrastruktur inti seperti listrik, Indonesia terus bergerak maju sebagai contoh bagaimana negara dapat menyambungkan seluruh wilayahnya dengan jaringan internet yang terjangkau.
Salah satu inisiatif yang mencerminkan semangat ini adalah upaya dari Andri Johandri dan timnya di Pemalang, yang berhasil menyambungkan internet ke 211 desa menggunakan teknologi fiber optik. Langkah ini tidak hanya menjadi contoh inspiratif, tetapi juga mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan akses internet ke seluruh desa di Jawa Tengah.
Menanggapi perkembangan ini, Wakil Rektor dari Institut Teknologi Tangerang Selatan, Onno W Purbo, menegaskan bahwa setiap tantangan dalam penyediaan jaringan internet sebenarnya merupakan peluang bagi Indonesia. “Dengan segala keterbatasan, banyak relawan di berbagai daerah yang berinisiatif untuk membawa internet ke pedesaan,” ujarnya dalam webinar bertajuk “Connecting the Unconnected: Mengatasi Kesenjangan Konektivitas Internet” yang diselenggarakan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS).
Baca juga: Ekonomi Digital Indonesia Berkembang Pesat Meski Tantangan Tak Terhindarkan: Visi untuk Masa Depan
Indonesia juga menunjukkan kemampuannya dalam bersaing secara global dengan memiliki lebih dari 1.100 Internet Service Provider (ISP), sebuah jumlah yang tidak dimiliki negara lain di dunia. Produksi dalam negeri seperti access point nirkabel, misalnya Vol.Tech, juga telah mengukuhkan posisi Indonesia dalam pasar teknologi digital internasional.
Namun, tantangan yang tidak bisa diabaikan adalah ketimpangan akses internet di wilayah timur Indonesia, di mana hanya 30% dari wilayah tersebut yang menikmati cakupan jaringan 4G yang stabil. Masih ada 19% sekolah di Indonesia yang belum memiliki akses internet, menurut laporan International Telecommunication Union (ITU) tahun 2021.
Benny Herlambang dari PT XL Axiata menekankan pentingnya peran industri telekomunikasi dalam mendukung agenda pemerintah untuk meningkatkan penetrasi internet, terutama di daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). “Kami berharap melihat perubahan positif dalam penggunaan internet yang bijak dan produktif di masyarakat, yang berpotensi memberikan manfaat signifikan dalam ekonomi, pendidikan, dan kesehatan,” katanya.
Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal menjadi krusial. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) juga turut berperan dalam memfasilitasi kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk memperkuat infrastruktur digital di seluruh Indonesia.
Seiring dengan upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur jaringan BTS seluler dan mengembangkan kapasitas satelit melalui program SATRIA, serta dengan munculnya inovasi seperti layanan internet satelit Starlink dari SpaceX, harapan untuk mencapai inklusi digital yang lebih luas semakin memungkinkan.
Baca juga: NTT DATA Membangun Pusat Data Jakarta 2 Annex untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia
Upaya ini tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga mengedukasi masyarakat, termasuk UMKM dan pendidikan formal, tentang pentingnya literasi digital. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi pacesetter dalam konektivitas internet regional, tetapi juga menetapkan fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih inklusif secara digital.
Berita ini dirancang untuk memberikan gambaran komprehensif tentang evolusi konektivitas internet di Indonesia, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dan mewujudkan visi inklusi digital yang lebih luas. (EHS-01)