Makronesia.id, Medan – Suasana di Kantor Gubernur Sumatera Utara terasa lebih serius dari biasanya. Dalam sebuah pertemuan resmi, Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BP TC-UGGp) menyerahkan draft dokumen revalidasi kepada Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, M Armand Effendy Pohan. Langkah ini menjadi bagian dari upaya besar untuk mengembalikan status “green card” yang sempat terganjal dua tahun lalu.
“Saya gembira menerima draft ini sebagai bukti kerja cepat BP TC-UGGp yang baru dikukuhkan seminggu lalu,” ujar Armand Effendy Pohan, penuh semangat. Ia menegaskan bahwa waktu yang tersedia untuk memenuhi persyaratan UNESCO tidaklah banyak, sehingga sinergi dari semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait menjadi sangat krusial.
Proses revalidasi ini bukan sekadar formalitas administrasi. Setelah mendapat penilaian “yellow card” pada 2023, Toba Caldera Geopark diberi waktu dua tahun untuk memperbaiki sejumlah rekomendasi dari UNESCO. Jika tidak lolos dalam revalidasi kali ini, status geopark tersebut bisa terancam.
Armand juga menekankan pentingnya keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai tahapan revalidasi ini. “Banyak yang belum memahami bahwa geopark bukan sekadar destinasi wisata, tetapi lebih luas—meliputi konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. Kita harus memastikan bahwa masyarakat memahami konsep ini agar bisa ikut berkontribusi,” jelasnya.
Menurut Tikwan Raya Siregar, Manager Divisi Kerjasama, Promosi, dan Publikasi BP TC-UGGp, draft revalidasi ini masih harus melalui beberapa tahapan sebelum dikirim ke UNESCO. Setelah diverifikasi di tingkat kementerian, dokumen akan diperiksa oleh staf ahli sebelum akhirnya diunggah ke sistem UNESCO paling lambat akhir Februari 2025.
Setelah itu, barulah tim assessor UNESCO akan melakukan uji faktual ke Toba Caldera Geopark pada pertengahan tahun ini. Hasilnya akan menentukan apakah Toba Caldera kembali mendapatkan “green card” atau harus berjuang lebih keras lagi.
Sebagai salah satu dari 10 UNESCO Global Geopark di Indonesia, Toba Caldera memegang peran penting dalam jaringan geopark dunia. Pengakuan internasional ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga peluang besar bagi daerah dalam mengembangkan pariwisata berbasis konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Namun, status bergengsi ini harus dipertahankan dengan kerja nyata. Mekanisme revalidasi setiap empat tahun menjadi ujian apakah suatu geopark masih layak menyandang nama UNESCO Global Geopark atau tidak. Bagi Toba Caldera, ini adalah kesempatan kedua untuk membuktikan kelayakannya.
Dengan optimisme dan kerja keras, Sumatera Utara berharap bisa kembali mengibarkan “green card” di panggung internasional. Semua mata kini tertuju pada langkah selanjutnya—mampukah Toba Caldera Geopark menjawab tantangan ini? (EHS-01)