Makronesia.id, Papua – Papua Barat kini menjadi sorotan dalam pengembangan energi berkelanjutan dengan disetujuinya proyek Tangguh Ubadari, CCUS, dan Compression (UCC) oleh bp dan para mitra. Proyek ini, yang diumumkan pada 21 November di London oleh CEO bp, Murray Auchincloss, dalam acara yang dihadiri Presiden Indonesia Prabowo Subianto, merupakan langkah besar menuju pemanfaatan teknologi rendah karbon di Indonesia.
Dengan investasi sebesar 7 miliar dolar AS, proyek ini diperkirakan menghasilkan tambahan sekitar 3 triliun kaki kubik sumber daya gas. Selain itu, proyek ini akan menjadi pionir dalam penerapan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) dalam skala besar di Indonesia. Pada fase awal, teknologi ini mampu menyekuestrasi sekitar 15 juta ton CO2, dengan potensi lebih besar mengingat kapasitas penyimpanan karbon di wilayah tersebut.
Murray Auchincloss menegaskan pentingnya proyek ini, menyatakan bahwa proyek Tangguh UCC adalah bukti komitmen bp untuk mendukung kebutuhan energi kawasan Asia yang terus meningkat, sekaligus memperkenalkan teknologi yang inovatif di Indonesia.
Proyek ini mencakup pengembangan lapangan gas Ubadari, teknologi peningkatan perolehan gas (Enhanced Gas Recovery/EGR), dan fasilitas kompresi di darat. Produksi gas diperkirakan akan dimulai pada 2028, dengan memanfaatkan infrastruktur eksisting di fasilitas Tangguh LNG.
Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan energi, proyek ini juga dirancang untuk mengurangi emisi operasional dengan teknologi CCUS yang inovatif. Fasilitas ini akan dilengkapi dengan tiga sumur injeksi, satu platform injeksi lepas pantai, serta infrastruktur pengolahan dan kompresi CO2 yang modern.
Proyek Tangguh UCC juga menegaskan komitmennya terhadap pemberdayaan tenaga kerja lokal. Saat ini, 99% tenaga kerja operasional merupakan warga negara Indonesia, dengan 70% di antaranya berasal dari Tanah Papua. Target ambisius untuk mencapai 85% tenaga kerja asal Papua pada tahun 2029 menjadi salah satu prioritas utama.
Diakui sebagai proyek strategis nasional oleh Pemerintah Indonesia, Tangguh UCC memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam pasar energi global. Dengan kapasitas likuifaksi LNG yang telah mencapai 11,4 juta ton per tahun setelah beroperasinya train ketiga pada 2023, Tangguh terus menjadi andalan dalam memenuhi permintaan energi regional.
Proyek ini mencerminkan ambisi bp untuk menjadi perusahaan energi yang lebih simpel, terfokus, dan bernilai tinggi. Dengan pendekatan yang mengutamakan keberlanjutan dan teknologi rendah karbon, Tangguh UCC bukan hanya investasi ekonomi, tetapi juga kontribusi nyata terhadap masa depan energi yang lebih hijau.
Sebagai operator utama dengan partisipasi 40,22%, bp bersama para mitra, termasuk MI Berau B.V., CNOOC Muturi Limited, dan lainnya, menunjukkan keyakinan terhadap iklim investasi Indonesia sekaligus memperkuat peran mereka dalam memenuhi kebutuhan energi global.
Papua Barat kini berada di garis depan revolusi energi berkelanjutan, dan proyek Tangguh UCC menjadi bukti nyata bahwa teknologi dapat menjawab tantangan masa depan dengan inovasi dan keberlanjutan. (EHS-01)