Makronesia.id, Jakarta – SkorLife, pelopor fintech di Indonesia, telah mencetak terobosan signifikan dengan memanfaatkan teknologi Generative AI (GenAI) untuk merombak layanan pelanggan. Inovasi ini berhasil mengurangi biaya operasional perusahaan hingga 50% sekaligus memperbaiki pengalaman pengguna secara drastis, menegaskan komitmen SkorLife terhadap kemajuan teknologi dan kepuasan pelanggan.
Dalam pasar Indonesia yang berkembang pesat dengan populasi kelas menengah yang terus berkembang, banyak konsumen menghadapi kesulitan dalam membangun dan mengelola skor kredit mereka. Akibatnya, mereka sering kali terhambat dalam meraih peluang sosial-ekonomi yang lebih baik karena akses yang terbatas terhadap pinjaman dan instrumen keuangan lainnya. Masalah ini sebagian besar disebabkan oleh ketidakjelasan informasi, dengan banyak konsumen tidak memiliki cara yang mudah untuk mengakses dan memahami data kredit mereka. Sebagai hasilnya, sembilan dari sepuluh aplikasi pinjaman di Indonesia ditolak.
SkorLife hadir untuk menjawab tantangan ini dengan memberikan kontrol penuh kepada pengguna atas informasi kredit mereka melalui platform yang inovatif. Diluncurkan pada 2022, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 1,5 juta kali, menjadikannya sebagai aplikasi pertama dari jenisnya di Indonesia. Dengan pendekatan menyeluruh dalam pengelolaan, pemahaman, dan penyelesaian sengketa data kredit, SkorLife telah mengatasi masalah transparansi dan aksesibilitas yang telah lama ada.
Dalam sebuah episode terbaru podcast “Indonesia Digital Deconstructed” yang dipandu oleh AC Ventures, Ongki Kurniawan, CEO dan Co-Founder Skor Technologies, membagikan wawasan mengenai bagaimana SkorLife berinovasi dengan GenAI untuk memberdayakan masyarakat Indonesia dalam mengelola data kredit mereka. Diskusi ini juga mengungkap penggunaan AI dan GenAI dalam meningkatkan layanan pelanggan.
Ongki, dengan pengalaman luas di perusahaan-perusahaan terkemuka seperti Citi Group, BCG, XL Axiata, Grab, dan Stripe, menggunakan pemahaman mendalamnya tentang teknologi dan regulasi untuk menghadapi tantangan unik di pasar Indonesia. “Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan antara kecepatan teknologi dan regulasi di Indonesia. Kami perlu memastikan bahwa keduanya berkembang seiring untuk memberdayakan konsumen secara maksimal,” ujar Ongki.
Dalam laporan terbaru berjudul “Harnessing the Power of (Gen)AI in Indonesian Financial Services,” yang diterbitkan oleh AC Ventures, Boston Consulting Group (BCG), dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), SkorLife muncul sebagai studi kasus utama. Laporan tersebut menyoroti bagaimana SkorLife telah menetapkan tolok ukur baru dalam industri dengan penerapan GenAI-nya, yang tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga menyediakan interaksi pelanggan yang sangat dipersonalisasi.
Menurut laporan tersebut, 61% institusi keuangan di Indonesia percaya bahwa mereka memiliki infrastruktur yang cukup untuk mengintegrasikan GenAI, dengan hampir setengah dari pemimpin industri sudah memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan layanan pelanggan. SkorLife menjadi contoh utama bagaimana teknologi ini dapat diperluas dari tahap pilot ke penerapan yang dapat diskalakan.
Penggunaan GenAI oleh SkorLife juga telah mengubah lanskap layanan pelanggan dengan mengurangi biaya operasional secara signifikan. Dengan layanan pelanggan menyumbang 40% dari total biaya operasional, pengenalan bantuan GenAI telah menjadi terobosan penting. Antarmuka percakapan berbasis AI memberikan saran keuangan yang dipersonalisasi berdasarkan riwayat transaksi dan pola pengeluaran, mengoptimalkan sumber daya perusahaan untuk inovasi lebih lanjut.
Ongki juga menekankan dampak luas dari layanan SkorLife, “Ini bukan hanya tentang memahami skor kredit seseorang, tetapi juga memberikan pengetahuan kepada individu untuk membuat keputusan keuangan yang tepat, mendukung masyarakat yang lebih sadar finansial.”
Melihat ke depan, SkorLife berkomitmen untuk memperluas dampaknya dengan mengadopsi inisiatif open banking di Indonesia, yang akan memfasilitasi pertukaran data yang lebih mulus antara bank, lembaga keuangan, dan pihak ketiga. Integrasi ini juga akan memungkinkan perusahaan non-keuangan, seperti platform e-commerce besar seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak, untuk memanfaatkan data secara lebih efektif. (EHS-01)