Kumandang Adzan Zuhur baru saja usai. Seorang laki-laki dengan tubuh tinggi, berkulit coklat bergegas menaiki anak tangga mesjid Alhuda. Ia terlihat menuntaskan Sholat dua rekaat sebelum Zuhur.
Yah! Dia adalah Dolly Dien Nurul Amien Simbolon. Calon ketua Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI) Asahan periode selanjutnya. Saat ini dirinya digadang -gadang menjadi nakhoda di organisasi anak -anak purnawirawan TNI dan Polri itu.
Dolly, atau Mak Doll, begitu teman-teman karibnya memanggil, tumbuh di keluarga pejabat kabupaten Asahan di era 90an. Ayahnya adalah Kolonel Amienuddin Simbolon, mantan Kepala Sosial Politik Kasospol, di era kepemimpinan bupati Asahan Rihold sihotang.
Meskipun terlahir sebagai anak perwira yang identik dengan gaya hidup hedonis. Namun, tidak untuk dirinya. Bukan perkara sulit bagi Dolly untuk menyombongkan diri dengan kekayaan, kemampuan dan pengaruh orang tuanya, di masa mudanya.
Sudah menjadi kebiasaan anak pejabat tampil mewah dan selalu parlente, bak artis atau eksekutif papan atas. Namun, rupanya tak semua anak pejabat selalu bergelimang kemewahan.
Penulis menggaransi, jika ada seseorang yang mengenal Dolly sejak SD hingga usia saat ini, maka dipastikan mereka akan menjawab seragam. Bahwa Mak Doll adalah kawan dan sahabat yang baik. Murah senyum, suka menolong dan mengayomi.
Sejak SD Dolly sebenarnya terlihat jiwa kepemimpinanya. Ia senangbergaul dengan siapa saja. Anak pejabat, anak petani, anak tukang becak, anak preman, anak pengusaha, semua ia anggap sebagai teman, tentunya dengan perlakuan yang juga sama.
Uniknya, dirinya tak pernah memberitahu kalau dirinya anak seorang perwira dan pejabat tinggi saat itu. Senang bergaul dari satu tongkrongan ke tongkrongan lainnya memang sudah jiwanya. Pasalnya, dia juga menjadi donatur kawan -kawan mainnya saat itu.
Senyum ramahnya selalu mengembang setiap jumpa orang, siapapun itu. Tak ada kesan anak pejabat sedikitpun dalam sikapnya. Profesi jurnalis yang digelutinya saat ini seakan membuka matanya.
Matanya mulai terbuka setelah melihat situasi yang berkembang saat ini. Nilai-nilai yang diajarkan orang tuanya yang jujur dan konsekwen dalam mengawal pancasila, menjunjung tinggi agama, serta melaksanakan amanah, menggerakkan hatinya untuk ikut andil menakhodai organisasi milik anak-anak “kolong” ini.
Awalnya, dirinya tak pernah berpikir untuk menjadi Ketua. Darah TNI yang mengalir ditubuhnya seakan menggelora untuk berkecimpung didalamnya. Meskipun begitu, dirinya hanya ingin sebatas ketua rayon.
Teman-teman sepermainannya nyeletuk “ Ahk, kecil Kali lah itu Mak Dol”,
Namun, adrenalinnya bergejolak setelah sempat beredar isu, ‘anak angkat’. Secara pribadi darahnya tertantang ketika mendengar isu tentang seorang anak angkat. Entah siapa yang melontarkan isu kalau dirinya bukan anak Kolonel Aminuddin Simbolon. Tapi hanya anak angkat dan bukan anak seorang TNI.
Tanpa sadar isu ‘anak angkat’ yang berhembus bagai angin itu akhirnya menyebar. Itu juga yang menjadi pemantik api kebangkitan. Para senior dan sesepuh dari organisasi tertua anak-anak TNI dan Polri itu merasa terpanggil untuk angkat bicara. Mereka merasa ada yang janggal dengan isu itu dan perlu diselesaikan.
Bersama bergulirnya waktu mulai dilakukan rapat kecil beberapa pengurus. Bahkan, beberapa senior terkesan berang dengan isu anak angkat itu. Mereka menilai itu merupakan cara-cara kotor untuk membunuh karakter seseorang.
Akhirnya, tak lama berselang beberapa pengurus dan para senior berkeinginan ada perubahan. Meskipun saat ini, FKPPI jaya dan berkibar di Asahan, tapi mereka ingin lebih berkibar lagi.
Apalagi sebentar lagi akan dilakukan pegantian nakhoda di organisasi tersebut. Beberapa pengurus dan senior menjatuhkan pilihan kepada Dolly Simbolon. Mereka menilai dirinya layak memimpin. Dan, mungkin akan mengkibarkan panji organisasi lebih mentereng dari para pendahulunya.
Sangat sederhana, iya. Sopan dan ramah dengan sesama yes. Saking ramahnya, siapapun yang berpapasan dengannya, dilempar senyuman. Kalau soal keberanian mungkin tak perlu diragukan.
Tegas dalam bertindak dan bijak dalam bernegosiasi. Dirinya menjadi seorang Jenderal ketika segala sesuatu memerlukan ketegasan. Dan bertindak sebagai Diplomat jika segala sesuatu memerlukan negosiasi. Selamat Mak Dol..! Semoga sukses selalu.. (AA/BA)