Eko Budiono*( Pemerhati dunia muslim, wartawan aktif )

Penantian pejuang kelompok Taliban selama 20 tahun sejak 2001 untuk kembali berkuasa akhirnya tercapai pada Ahad (15/8/2021), yang bertepatan dengan 6 Muharram 1443 Hijriah waktu setempat, setelah jatuhnya Kabul, ibu kota Afghanistan ke tangan mereka.

Penarikan mundur pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya membawa berkah dan keuntungan bagi Taliban.

Gerakan Taliban, atau Taliban atau Taleban (Bahasa Persia dan Pashtun طالبان; Bahasa Iran, dari bentuk jamak Bahasa Arab طالب ṭālib, “murid”), adalah gerakan nasionalis Islam Sunni pendukung Pashtun yang secara efektif menguasai hampir seluruh wilayah Afganistan sejak 1996 sampai 2001.

Meminjam istilah Penguasa Makedonia Alexander  Agung, Afghanistan adalah wilayah yang mudah untuk dimasuki namun sulit untuk ditaklukkan. Terbukti, pada abad ke-4 SM, pasukan Alexander The Great yang menyapu Timur Tengah bagai badai, bahkan menaklukkan Imperium Persia yang digdaya dalam waktu singkat, ternyata dibinasakan dengan mudah ketika memasuki Afghanistan.

Sama seperti AS, pasukan Alexander juga meremehkan Afghanistan, yang hanya dilihat sebagai perlintasan menuju penaklukan Anak Benua India.

Terbukti, sejak era Uni Soviet- saat ini Rusia- era 1980an ternyata gagal total dan pulang dengan tangan hampa menhadapi Taliban, yang secara harfiah artinya pelajar.

Pasukan Uni Soviet pertama kali memasuki Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989.

Sementara itu, 12 tahun kemudian, tepatnya 2001, Amerika Serikat (AS)  bersama sekutunya seperti Inggris dan Australia, atas nama perang melawan teror memasuki dan “menaklukkan” rezim Taliban.  Pemerintahan Taliban digulingkan oleh Amerika Serikat dan sekutunyakarena dituduh melindungi pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden yang juga dituduh Washington mendalangi serangan terhadap menara kembar WTC, New York pada tanggal 11 September 2001.

Pada Mei 2021, pasukan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya mulai menarik diri dari Afganistan secara bertahap. Karena peristiwa penarikan pasukan tersebut, Taliban kembali memberontak terhadap pemerintah

Menurut Juru Bicara Kantor Politik Taliban Mohammad Naeem, seperti dilansir aljazeea, hari ini Ahad (15/8/2021),adalah hari yang besar untuk rakyat Afghanistan dan mujahidin atau pejuang.Mereka telah menjadi saksi dari jerih  upaya dan pengorbanan selama 20 tahun.

Tiga  Tantangan Taliban

Menurut penulis, setidaknya ada tiga tantangan  utama yang harus dihadapi oleh Taliban.

Pertama : Perlindungan terhadap wanita

Kelompok Taliban itu terkenal dengan aturan ketat terlebih soal implementasi terhadap hukum Islam atau Fiqh terhadap wanita.

Selama pemerintahan Taliban 1996-2001, yang juga berada di bawah syariah (hukum Islam), Taliban tidak memperbolehkan perempuan untuk bekerja dan menjatuhkan hukuman termasuk rajam di depan umum. Anak perempuan tidak diizinkan pergi ke sekolah dan perempuan harus mengenakan burqa yang menutupi seluruh tubuhnya saat hendak pergi pergi keluar rumah.

Di bawah pemerintahan Taliban pada para perempuan tidak dapat bekerja atau bahkan meninggalkan rumah tanpa wali laki-laki.

Jika melanggar aturan, hukuman berat menanti mereka, seperti dipukuli, dicambuk bahkan hingga dirajam sampai mati jika terbukti melakukan perzinahan.

Kedua: Kebebasan sipil

Tantangan kedua yang wajib dihadapi Taliban adalah kekebasan sipil.

Masyarakat di Afghanistan  akan menghadapi  kondisi yang tidak mudah dalam menyampaikan aspirasi terhadap Taliban. Terutama bagi kelompok mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yamh telah melarikan diri ke  keluar negeri.

Meski Taliban sduah menjamin tidak akan melakukan aksi balas dendam terhadap rezim Ashraf Gani yang berkuasa atas sokongan AS dan sekutu, tetap saja  perlu proses yang panjang untuk mencapai perdamaian serta kebebasan sipil.

Ketiga: Pengakuan internasional

Tantangan ketiga yang cukup berat adalah pengakuan dari masyarakat internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bngsa (PBB).

Selama ini hanya Rusia dan  Cina yang bersikap “mengakui” Taliban.

Sebab, dua negara itu masih mempertahankan kedutaan besarnya di Kabul sementara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat mengevakuasi staf kedutaan dari Afghanistan.

Taliban mengatakan mereka menjamin keamanan semua kedutaan besar, pusat diplomasi, institusi, tempat, dan warga asing. Rusia dan China menjaga hubungan diplomatik dengan Taliban selama beberapa tahun. Dengan menggunakan sistem komando dan kendali gabungan mereka juga melakukan latihan militer yang berlangsung selama satu pekan.

* Eko Budiono adalah Founder World Islamic Issues

Artikulli paraprakMy Stage Jadi Solusi Hiburan Disaat Pandemi
Artikulli tjetërAyo Tingkatkan Kemampuan Diri Selama Pandemi Lewat Channel Telegram

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini