Makronesia.id, Jakarta — Di tengah sorotan lampu panggung Penghargaan Subroto 2025 yang digelar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), nama Tambang Emas Martabe kembali bersinar. Tak hanya lewat produksi mineralnya, tetapi juga melalui kontribusi sosial dan kepatuhan fiskal yang konsisten.
PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola tambang emas yang beroperasi di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, meraih dua penghargaan sekaligus:
Kategori Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Mineral Terinovatif, melalui program unggulan Pilar Kemandirian Ekonomi: Peran Bagas Silua Mendorong UMKM Naik Kelas; dan Kategori Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral, atas kontribusi signifikan perusahaan terhadap pendapatan negara.
Penghargaan diserahkan langsung oleh perwakilan Kementerian ESDM kepada Ruli Tanio, Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, di Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Lebih dari Sekadar Tambang
Bagi Ruli Tanio, dua penghargaan itu bukan sekadar simbol prestasi, melainkan bukti bahwa industri tambang bisa menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi daerah jika dikelola dengan visi keberlanjutan.
“Selain tempat menjual produk UMKM binaan, Bagas Silua kami bangun sebagai ekosistem ekonomi lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kami ingin memastikan masyarakat di Batang Toru dan sekitarnya tetap mandiri bahkan setelah tambang tidak lagi beroperasi,” ujarnya.
Pandangan itu menggambarkan filosofi PTAR dalam menjalankan strategi Sustainability Beyond Mining — membangun nilai sosial dan ekonomi yang bertahan lebih lama dari umur tambang itu sendiri.
Bagas Silua: Rumah Oleh-Oleh, Rumah Harapan
Di jalur lintas Provinsi Sumatra Utara, sekitar 10 kilometer dari area operasi Tambang Emas Martabe, berdiri sebuah bangunan sederhana namun sarat makna. Namanya Bagas Silua, yang dalam bahasa lokal berarti Rumah Oleh-Oleh.
Inilah buah nyata dari komitmen PTAR terhadap kemandirian masyarakat. Diresmikan pada September 2024, Bagas Silua kini menjadi ruang pamer dan penjualan bagi 32 UMKM binaan PTAR di Kecamatan Batang Toru dan Muara Batang Toru.
“Bagas Silua kami rancang bukan hanya sebagai tempat jualan, tapi juga tempat belajar, berjejaring, dan berinovasi,” tutur Christine Pepah, Senior Manager Community PT Agincourt Resources. “Kami ingin masyarakat punya ruang untuk menampilkan karya terbaiknya dan bersaing di pasar yang lebih luas.”
Dari etalase Bagas Silua, pengunjung bisa menemukan berbagai produk khas Tapanuli Selatan — mulai dari keripik talas, pisang sale, keripik semangka, akar kelapa ungu, hingga produk fashion lokal seperti batik Tapanuli Selatan dan kain ecoprint.
Semua produk kini bisa diakses secara daring melalui situs bagassilua.id dan akun media sosial resminya, menjadikan Bagas Silua tak hanya ruang fisik, tapi juga jembatan digital bagi UMKM menuju pasar yang lebih luas.
Inovasi dari Akar Rumput
Selain mendukung promosi produk lokal, Bagas Silua juga menghadirkan layanan sablon dan pembuatan kemasan modern untuk membantu pelaku usaha meningkatkan daya saing. Dalam sebulan, puluhan produk terjual dengan total transaksi mencapai puluhan juta rupiah — angka yang berarti banyak bagi ekonomi rumah tangga di sekitar tambang.
Christine menambahkan, kolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan komunitas menjadi kunci keberhasilan program ini.
“Dengan dukungan semua pihak, kami ingin Bagas Silua menjadi simbol pemberdayaan ekonomi dan pelestarian budaya lokal,” ujarnya.
Kontribusi Nyata untuk Negeri
Sementara di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), PT Agincourt Resources juga mencatat kontribusi signifikan bagi pendapatan nasional. Pencapaian ini menegaskan komitmen perusahaan terhadap tata kelola pertambangan yang baik (Good Mining Practice) dan kepatuhan terhadap regulasi fiskal sektor ESDM.
Bagi Ruli Tanio, sinergi antara pertumbuhan bisnis, tanggung jawab sosial, dan kepatuhan regulasi adalah kunci keberlanjutan industri pertambangan di Indonesia.
“Kami percaya, keberhasilan tambang bukan hanya diukur dari berapa banyak mineral yang diambil, tetapi dari seberapa besar manfaat yang bisa ditinggalkan bagi masyarakat,” tutupnya.
Tentang Penghargaan Subroto
Penghargaan Subroto merupakan bentuk apresiasi tertinggi dari Kementerian ESDM kepada para pelaku sektor energi dan sumber daya mineral yang berinovasi dan berkontribusi nyata terhadap pembangunan berkelanjutan.
Tahun ini, penghargaan diberikan kepada sejumlah perusahaan yang dinilai berhasil menerapkan praktik terbaik di bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Dan dari Batang Toru, nama Tambang Emas Martabe kembali membuktikan: emas sejati tak selalu datang dari perut bumi — kadang, ia tumbuh dari tangan-tangan masyarakat yang berdaya. (EHS-01)







