Makronesia.id, Jakarta – Harga emas (XAU/USD) masih menunjukkan pergerakan stabil dalam perdagangan hari ini, diperdagangkan di sekitar $3.019, didukung oleh pemulihan Indeks Dolar AS (DXY) setelah sempat melemah ke level 104,18. Meskipun katalis baru belum muncul, kondisi ini mengindikasikan bahwa pasar logam mulia masih menunggu perkembangan lebih lanjut, terutama terkait pernyataan Gedung Putih mengenai kemungkinan pengumuman tarif baru oleh Presiden AS, Donald Trump, terhadap sektor otomotif.
Menurut analisis Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia, tren bullish pada emas tetap kuat berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average. Ia memproyeksikan bahwa harga emas berpotensi naik hingga $3.035 jika momentum bullish berlanjut. Namun, jika terjadi pembalikan arah, harga emas bisa mengalami koreksi ke level support terdekat di $3.013.
Pada perdagangan Kamis (27/3), harga emas menghadapi tantangan dari penguatan dolar, dengan DXY naik 0,32% ke level 104,55. Meskipun tekanan tersebut ada, emas tetap kokoh di atas level psikologis $3.000, memberikan harapan bagi investor akan potensi kenaikan lebih lanjut.
Dari segi fundamental, data ekonomi AS menunjukkan peningkatan pesanan barang tahan lama, menandakan kekuatan ekonomi yang mendasari, meskipun kekhawatiran terhadap risiko inflasi yang tetap tinggi juga muncul. Alberto Mussalem dari The Fed St. Louis menyatakan bahwa pasar tenaga kerja mendekati tingkat pekerjaan penuh dan kebijakan suku bunga saat ini masih sesuai dengan kondisi inflasi, meskipun risiko inflasi di atas target 2% semakin meningkat. Sementara itu, Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengakui kemajuan dalam menekan inflasi namun menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum suku bunga dapat diturunkan.
Para pelaku pasar kini menantikan rilis Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) inti, acuan utama The Fed dalam mengukur inflasi. Jika data inflasi ternyata lebih tinggi dari perkiraan, penguatan dolar AS bisa berlanjut dan membatasi kenaikan harga emas. Sebaliknya, jika inflasi melandai, emas berpotensi mendapatkan momentum kenaikan yang lebih besar.
Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga sekitar 64,5 basis poin pada tahun 2025, prospek jangka pendek emas tetap bergantung pada keseimbangan antara tekanan dolar, kebijakan tarif, dan data inflasi mendatang. Para investor terus memantau faktor-faktor ini untuk menentukan strategi investasi mereka di tengah dinamika pasar yang kompleks. (EHS-01)




