Jakarta, Makronesia.id — Tren berinvestasi dengan prinsip impact investing belakangan ini mulai banyak dipertimbangkan oleh berbagai investor berskala global. Menangkap peluang ini, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) sebagai microfinance marketplace yang berfokus pada pemberdayaan perempuan pengusaha mikro lewat layanan keuangan inklusif, mengajak generasi milenial untuk memulai berinvestasi dengan prinsip impact investing (Pendanaan Berdampak).
Pendanaan berdampak adalah strategi investasi yang menghasilkan keuntungan sekaligus menciptakan dampak positif untuk sosial dan lingkungan. Di Amartha sendiri, beberapa investor seperti Women’s World Banking, Norfund dari Norwegia, dan Mandiri Capital, menyatakan ketertarikannya bergabung sebagai pendana di Amartha adalah karena kesamaan nilai, yakni semangat untuk menciptakan dampak lewat layanan keuangan.
Rezki Warni, AVP of Marketing and PR Amartha menjelaskan, sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, Amartha sangat mengutamakan penciptaan dampak dari layanan yang kami berikan. Amartha juga melihat potensi pasar yang sangat besar dengan membawa nilai impact investing ini.
“Bagi investor, pendanaan berdampak dinilai lebih sustainable dan tetap menghasilkan return yang tidak kalah baik dengan investasi tradisional”, udapnay dalam sesi tanya jawab dengan wartawan, dalam makan siang bersama media, di Jakarta, Rabu (22/6).
Berdasarkan studi Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) pada 2020 lalu, salah satu sektor yang menjanjikan impact investing adalah pada perempuan pelaku usaha mikro yang dinilai dapat memberikan kontribusi 135 miliar dolar AS (sekitar Rp 1,8 kuadriliun) pada PDB tahunan.
Rezki melanjutkan, pendana milenial sangat berpeluang besar untuk menyuburkan tren impact investing di Indonesia. Dengan karakter yang melek digital serta kemampuan dan literasi keuangan yang baik, Amartha menurutnya melihat dominasi generasi millenial dalam impact investing masih akan terus berkembang.
“Kontribusi generasi milenial ini merupakan hal yang harus kita dukung dengan teknologi. Oleh sebab itu, saat ini aplikasi Amartha sudah dilengkapi dengan fitur impact investing, di mana pendana dapat mengetahui dampak apa saja yang sudah mereka ciptakan, serta memilih pendanaan berdasarkan kategori impact-nya” ucapnya.
Berdasarkan laporan Amartha yang bertajuk Social Accountability Report (SAR) 2019, jumlah pendana Amartha didominasi oleh generasi milenial yakni sebesar 68 persen, kemudian disusul 19 persen oleh generasi X, dan 10 persen oleh generasi Z. Ketertarikan generasi milenial untuk mendanai di Amartha merupakan wujud kepedulian generasi milenial terhadap investasi yang berdampak.
Anisa Aprilia, Certified Financial Planner yang juga ditemui pada kesempatan yang sama, memberikan beberapa tips bagi generasi milenial yang ingin memulai impact investing melalui platform microfinance marketplace.
“Impact investing dapat menjadi pilihan bagi generasi milenial dalam mendiversifikasi portofolio investasinya. Untuk memastikan pendanaan dapat menciptakan dampak, maka pendana harus mencermati portofolio usaha yang akan didanai. Sektor seperti UMKM perempuan, usaha rumah tangga, pertanian dan perkebunan ramah lingkungan, bisa menjadi pilihan untuk melakukan impact investing, karena berpeluang memperoleh imbal hasil dari sektor tersebut dan menciptakan dampak” ujar Anisa.
Selain mencermati jenis usaha yang didanai, beberapa indikator juga perlu dicek dalam memilih platform lending yang akan menyalurkan pendanaan. Di antaranya, perusahaan memiliki NPL (Non performing loan) stabil di bawah 1%, perusahaan rutin mempublikasi laporan pengukuran dampak, serta angka TKB90 yang semakin mendekati angka 100%. Seluruh informasi tersebut bersifat publik sehingga dapat diakses oleh pendana.
“Memilih platform lending untuk melakukan impact investing sebenarnya mudah. Pendana bisa melihat siapa investor berskala global dan nasional yang mendukung perusahaan tersebut. Kalau investor profesional saja sudah bergabung, berarti tidak ada salahnya pendana ritel juga ikut bergabung. Seperti Amartha, yang sudah terbukti didukung oleh berbagai investor karena prinsip keberlanjutan yang dijalankan. Bisa jadi pilihan milenial untuk memulai impact investing”, tutup Rezki.
PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) didirikan pada tahun 2010 sebagai perusahaan microfinance. Pada tahun 2016 Amartha bertransformasi menjadi perusahaan teknologi finansial terpercaya dan telah memiliki izin usaha di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui transformasi teknologi, Amartha menghubungkan para pendana dengan perempuan pengusaha mikro di pedesaan.
Amartha memiliki visi untuk mewujudkan kesejahteraan merata bagi Indonesia dengan memberikan akses layanan dan edukasi keuangan inklusif. Hingga saat ini, Amartha telah menyalurkan modal usaha sebesar lebih dari enam triliun rupiah kepada lebih dari satu juta pengusaha mikro yang 100% perempuan. Amartha didukung oleh berbagai investor di antaranya Mandiri Capital, MDI Venture by Telkom, Women’s World Banking, dan lain-lain. (AM/BA)