Makronesia.id, Jakarta – Bitcoin (BTC) terus melanjutkan tren kenaikannya dengan harga yang menembus US$68.000, setara dengan sekitar Rp1,056 miliar.
Penguatan ini dipicu oleh arus masuk dana dari Exchange-Traded Fund (ETF) serta spekulasi meningkatnya peluang Donald Trump untuk kembali terpilih dalam pemilu AS, yang dapat mengubah lanskap regulasi kripto.
Pada hari Senin, 21 Oktober, BTC mencatatkan kenaikan 0,77%, menambah lonjakan 5,36% dari hari sebelumnya. Ini menjadi momen penting, karena harga Bitcoin berhasil menembus angka US$68.000 untuk pertama kalinya sejak 29 Juli lalu.
Menurut Fyqieh Fachrur, seorang trader dari Tokocrypto, berita tentang potensi perubahan regulasi kripto di AS semakin memanaskan pasar. Jika Trump terpilih kembali, ada kemungkinan ia akan membongkar hambatan regulasi kripto.
Pernyataan ini didasarkan pada pernyataan anggota Kongres, Bryan Donalds, yang menyebut Trump berpotensi memberhentikan Gary Gensler, Ketua SEC, pada hari pertama jabatannya.
Dalam beberapa hari terakhir, platform taruhan Polymarket melaporkan bahwa peluang kemenangan Trump dalam Pemilu Presiden AS meningkat dari 54,7% menjadi 58,5%. “Kemenangan Trump dianggap positif bagi BTC, karena investor mengharapkan regulasi yang lebih longgar,” ujar Fyqieh.
Tak hanya spekulasi politik, arus masuk dana ETF BTC-spot di AS juga menunjukkan tren positif. Pada 14 Oktober, total arus masuk bersih tercatat sebesar US$371 juta, dengan beberapa ETF, seperti Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC) dan Bitwise Bitcoin ETF (BITB), menunjukkan aktivitas signifikan.
Selama tiga hari terakhir, total arus masuk bersih mencapai lebih dari US$65 juta, menandakan kepercayaan investor terhadap potensi kenaikan harga BTC ke depan.
Meskipun tren saat ini positif, Fyqieh mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap risiko, seperti potensi penjualan besar-besaran BTC oleh pemerintah AS, yang memegang lebih dari 203.000 BTC. Jika pemerintah memutuskan untuk menjual, harga Bitcoin bisa terkena dampak signifikan.
Namun, sentimen positif terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve dan tren arus masuk ETF dapat meredam kekhawatiran ini.
“Jika regulasi AS berubah menjadi lebih ramah terhadap kripto, kita mungkin akan melihat lonjakan harga Bitcoin yang lebih agresif. Investor harus terus mengikuti perkembangan ini dan memanfaatkan momentum yang ada,” tambah Fyqieh.
Investor diingatkan untuk mempertimbangkan sentimen terhadap kebijakan suku bunga Fed, Pemilihan Presiden AS, dan arus pasar ETF BTC-spot. Jika BTC berhasil menembus level tertinggi di US$68.387, level resistensi berikutnya di US$69.000 akan menjadi target selanjutnya, yang bisa membuka peluang bagi harga mencapai US$70.000 atau sekitar Rp1,08 miliar. (EHS-01)