Makronesia.id, Jakarta – Investor kripto di Indonesia terus mengalami lonjakan signifikan, mencapai 20,16 juta pada bulan April lalu, menurut pengumuman terbaru dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Mayoritas dari investor ini adalah kaum muda, dengan rentang usia 18 hingga 35 tahun, membayangi demografi pasar kripto di Indonesia. Robby, Chief Compliance Officer (CCO) Reku dan Ketua Umum Aspakrindo-ABI, mencatat bahwa 65% pengguna platform Reku berusia antara 18 hingga 35 tahun.
“Minat yang besar dari generasi muda terhadap kripto didorong oleh aksesibilitasnya yang mudah. Investasi kripto dapat dimulai dengan modal serendah Rp5.000, memungkinkan generasi muda untuk berinvestasi sesuai dengan kemampuan keuangan mereka,” ungkap Robby.
Peran influencer atau Key Opinion Leaders (KOL) juga tidak bisa diabaikan. Robby menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, influencer telah menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat, termasuk dalam hal investasi kripto.
“Influencer turut mengedukasi masyarakat tentang aset kripto, cara kerjanya, dan memberikan tips investasi,” tambahnya.
Namun, penting untuk memastikan bahwa investasi dilakukan pada platform yang terdaftar di Bappebti, untuk memastikan keamanan dan menghindari aliran dana ke platform global yang tidak terdaftar.
Menyikapi prospek pasar kripto, Fahmi Almuttaqin, Analis Kripto Reku, mengatakan bahwa adopsi institusional yang meningkat dan potensi peluncuran ETF Ethereum spot bisa menjadi pendorong positif.
“Dengan semakin beragamnya produk investasi kripto yang dapat diakses oleh investor tradisional di Amerika Serikat, adopsi kripto berpotensi berkembang lebih lanjut,” tambahnya.
Dengan demikian, investasi kripto di Indonesia bukan lagi sekadar tren, tetapi menjadi bagian penting dari ekosistem keuangan yang terus berkembang, dengan harapan untuk memperluas inklusi keuangan dan membuka peluang baru bagi para investor. (EHS-01)