Makronesia.id, Jakarta – Di tengah perkembangan industri ekonomi kreatif yang pesat, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berkomitmen untuk memajukan seni budaya Indonesia. Fokus utama mereka adalah pengembangan talenta unggul di bidang seni, dengan penyesuaian kurikulum yang relevan dengan tren saat ini sambil tetap menjaga nilai budaya yang ada.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin, menjelaskan bahwa program Merdeka Belajar diharapkan dapat memfasilitasi tenaga pendidik untuk menyesuaikan metode pembelajaran seni tari dan ekonomi kreatif dengan kebutuhan industri modern. “Kami ingin agar para peserta didik vokasi memiliki keterampilan yang relevan dan bermanfaat, sambil tetap menjaga warisan budaya yang ada,” ujar Tatang.
Sebagai contoh konkret, SMKN 57 Jakarta tampil sebagai pionir dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari Betawi. Ria, Ketua Konsentrasi Keahlian Seni Tari Betawi di sekolah tersebut, menuturkan bahwa SMKN 57 memiliki jurusan khusus yang mengajarkan tari Betawi dengan pendekatan inovatif. Tari Betawi, dikenal dengan gerakan yang menekankan pada kaki dengan pola langkah khas, kini diadaptasi untuk memenuhi selera penonton modern.
“Peserta didik kami diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teknik tari Betawi, menyesuaikan dengan tren saat ini tanpa mengabaikan esensi budayanya,” ujar Ria. Kurikulum Merdeka memungkinkan mereka untuk menyempurnakan teknik gerakan, tata rias panggung, dan menyajikan pertunjukan yang lebih menarik bagi penikmat budaya masa kini, sambil tetap menghormati nilai-nilai tradisional.
Selain kurikulum yang dinamis, SMKN 57 Jakarta menerapkan model pembelajaran Teaching Factory (TEFA). Melalui kegiatan seperti event organizer dan pembelajaran kewirausahaan, peserta didik tidak hanya belajar seni tari tetapi juga mendapatkan pengalaman praktis yang bermanfaat di dunia kerja.
“Harapan kami adalah para siswa tidak hanya dapat melanjutkan pendidikan mereka, tetapi juga mampu menjadi wirausahawan yang berkontribusi pada pelestarian budaya,” tambah Ria.
SMKN 57 Jakarta juga menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan industri melalui project-based learning (PBL), memberikan siswa akses langsung ke pengalaman kerja di bidang kebudayaan. Dengan statusnya sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), sekolah ini aktif terlibat dalam berbagai proyek budaya, memperluas peluang bagi peserta didik untuk mengaplikasikan keterampilan mereka secara nyata.
“Dengan keterlibatan dalam proyek budaya, siswa kami mendapatkan kesempatan berharga untuk terjun langsung ke lapangan, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan mereka dalam seni tari,” tutup Ria.
Inovasi dan dedikasi SMKN 57 Jakarta dalam pengembangan seni tari Betawi menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan vokasi dapat beradaptasi dan berkembang dalam mendukung industri kreatif serta pelestarian budaya. (EHS-01)