Makronesia.id, Jakarta – Pasar kripto kembali mengalami penguatan setelah mengalami koreksi seiring keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,5% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dini hari WIB, Kamis. Harga Bitcoin dalam rentang waktu 24 jam mengalami kenaikan lebih dari 2%, mencapai level US$43.000 pada saat artikel ini disusun (2/2/24).
Sebelumnya, pasar kripto mengalami penurunan setelah keputusan The Fed. Menurut data CoinMarketCap pada pukul 02:00 WIB pasca keputusan tersebut, Bitcoin mengalami koreksi sebesar 2,4%, turun dari US$43.495 menjadi US$42.451 atau setara Rp669,4 juta (dengan kurs Rp15.769) dalam tiga jam pasca pengumuman. Ethereum dan Solana juga mengalami penurunan masing-masing 2,48% dan 3,96% ke level Rp35,9 juta dan Rp1,5 juta dalam rentang waktu yang sama.
Menanggapi kondisi ini, Fahmi Almuttaqin, Analis Kripto Reku, menyatakan bahwa keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga sejalan dengan prediksi pasar sejak Desember lalu. “Namun, yang membedakannya adalah kekhawatiran lebih lanjut dari para investor terhadap kondisi pasar uang AS dan potensi inflasi yang lebih tinggi. Secara umum, mayoritas ekonom dan analis sepakat bahwa The Fed kemungkinan akan memulai kebijakan penurunan suku bunga dalam tahun ini,” ujar Fahmi.
Potensi Kenaikan Pasar Kripto
Pasar kripto cenderung mengalami koreksi setelah disetujuinya Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin Spot, yang dipicu oleh aksi pengambilan keuntungan dan penjualan instrumen Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), salah satu produk Bitcoin ETF Spot.
“ETF ini mencatatkan jumlah aset kelolaan sebesar 523,5 ribu Bitcoin pada 24 Januari, namun menurut data Coinglass, jumlah tersebut turun menjadi 487 ribu Bitcoin pada hari ini. Artinya, terjadi penjualan atau penarikan sebesar 36,5 ribu Bitcoin atau setara Rp24,17 triliun dalam satu minggu terakhir pada instrumen GBTC. Meskipun tekanan jual dari ETF ini masih cukup tinggi, angka tersebut sebenarnya sudah lebih rendah dibandingkan satu minggu sebelumnya, di mana jumlah aset kelolaan GBTC turun 68,5 ribu Bitcoin dalam sepekan,” jelas Fahmi.
Fahmi melanjutkan, jika stabilitas pasar kripto semakin membaik, ada potensi pasar akan memulai reli kembali yang berpotensi menembus area harga tertinggi sebelumnya di US$48.000 pada 11 Januari 2024. “Potensi ini menjadi momentum positif bagi pasar kripto secara keseluruhan menjelang Bitcoin halving pada April mendatang, yang biasanya diikuti oleh fase konsolidasi selama beberapa minggu atau bahkan bulan,” kata Fahmi.
Diversifikasi untuk Memanfaatkan Potensi Kenaikan
Fahmi menambahkan bahwa hampir semua ekosistem, sektor, dan altcoin memiliki potensi yang kurang lebih sama untuk mengalami penguatan. “Mulai dari sektor finansial, layer 1, dan ekosistem lainnya berpeluang untuk mengalami apresiasi jika Bitcoin mampu menembus area US$48.000. Menyikapi potensi ini, Reku juga telah mencatatkan koin-koin baru setiap minggunya untuk memperluas pilihan pengguna dalam mempertimbangkan strategi diversifikasi mereka,” tambahnya.
“Setiap aset memiliki fungsi, fundamental, dan tingkat volatilitas yang berbeda. Ada aset kripto yang cocok dimanfaatkan untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek. Tentunya, tetap perlu disesuaikan dengan tujuan dan strategi investasi masing-masing individu,” pungkas Fahmi. (EHS-01)