Pentingnya Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

0
602

Jakarta, Makronesia.id – Pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai, menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pihak, tak terkecuali bagi para pekerja. Mereka dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, salah satunya dengan bekerja dari rumah secara daring.  Meski pada awalnya konsep ini dianggap menyenangkan, namun seiring dengan berjalannya waktu, hal ini mulai menjadi polemik yang berpotensi untuk menimbulkan stress yang apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat berujung pada gangguan kesehatan mental. Untuk itu, 3M sebagai perusahaan teknologi dan manufaktur yang melayani pelanggan dan masyarakat dengan produk dan layanan inovatif berkomitmen untuk menaruh perhatian lebih terhadap kesehatan mental karyawan di lingkungan kerja.

Kesehatan mental tidak hanya berkenaan dengan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Namun kesehatan mental[1]  juga mengacu pada kondisi sehat secara menyeluruh dimana setiap individu sadar akan kemampuannya dan dapat mengatasi tekanan hidup serta dapat bekerja secara produktif dan memberikan kontribusi bagi komunitas mereka.

Untuk dapat mengindentifikasi apakah seseorang yang memiliki masalah kesehatan mental bukanlah hal yang mudah, sehingga cenderung berpotensi sebagai “silent killer” bagi penderitanya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus[2]. Hal ini disebabkan karena setiap individu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya merasa nyaman untuk dapat membuka diri terhadap masalah kesehatan mental mereka sehingga seringkali ketika disadari sudah terlambat untuk mengatasinya.

Hanya karena masalah kesehatan mental tidak terlihat, bukan berarti kesehatan mental itu tidak ada. Secara global, hampir 1 miliar orang memiliki masalah kesehatan mental[3] dan dilaporkan bahwa orang dengan kondisi mental yang serius tutup usia 2 dekade lebih cepat daripada mereka yang tidak menderita penyakit mental.[4]

Berdasarkan Statista Research Department[5], terdapat 2,99 juta orang Indonesia yang menderita gangguan jiwa pada tahun 2020. Sementara itu, dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) mengungkapkan bahwa terdapat 68% peserta yang melakukan swaperiksa dari 31 provinsi , mengalami masalah psikologis.

Kesehatan mental ini masih menjadi topik yang kurang dipahami., Hal ini disebabkan adanya stigma sosial dan kebutuhan akan biaya pada perawatan pasien gangguan jiwa, banyak penderita kesehatan mental tidak mendapatkan mendapatkan pengobatan[6].

Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

Pandemi COVID-19 semakin memperburuk krisis kesehatan mental secara global, para pelaku bisnis harus menyadari bahwa masalah kesehatan mental merupakan hal penting di lingkungan kerja.

Buruknya kesehatan mental para karyawan dapat mempengaruhi kinerja bisnis. Untuk itu, penting kiranya bagi pelaku bisnis dan karyawan untuk bersama-sama menyadari bahwa kesehatan mental merupakan bagian dari aspek kesehatan yang harus dianggap lumrah dan bukan untuk dianggap sebagai stigma negatif.

Vice President 3M Asia Corporate Affair, Jim Falteisek yang menaruhperhatian pada hal ini pun mengungkapkan, “Mereka telah menghadapi tantangan dan ujian untuk dapat bertahan dan bersabar dalam menghadapi masa pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tanpa kekuatan dan ketahanan dari para karyawan, kegiatan usaha tidak akan bertahan di masa pandemi ini.”

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa kesehatan mental mereka menjadi hal yang utama dan dengan adanya kepedulian terhadap hal ini, diharapkan dapat menciptakan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan para karyawan, sekaligus membangun harapan akan masa depan kerja yang lebih baik.

Beranjak dari hal tersebut, 3M senantiasa mendorong karyawannya untuk dapat mengkomunikasikan masalah kesehatan mental mereka kepada rekan, kerabat ataupun keluarga. Selain itu, 3M juga menerapkan program FlexAbility, yang mendorong atasan untuk dapat mendukung dan membantu karyawan dalam menghadapi hambatan yang dialaminya sehingga diharapkan dapat menciptakan alur kerja yang lebih baik, serta ‘Employee Assistance Program’ (EAP) yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mendapatkan dukungan yang tepat sepanjang karier mereka.

Adapun upaya lain yang dilakukan oleh 3M adalah dengan mengadakan Pameran ‘Global Virtual Well-being’ untuk memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mendapatkan akses atas informasi yang akan membantu kesehatan dan kesejahteraan secara fisik, mental, dan emosional mereka. Selain itu, diharapkan dapat menjalin dan membangun hubungan dengan banyak orang agar terinspirasi oleh ide-ide baru tentang cara mengatasi stres.

Melalui sumber daya, lingkungan kerja, dan dukungan yang tepat, diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif. Untuk mewujudkan hal tersebut, 3M senantiasa mencari solusi bersama untuk mengatasi masalah serta kesulitan yang ada, termasuk dalam hal kesehatan mental. (BA/AM)


[1] Mental health: strengthening our response (who.int)

[2] A New Plan for Mental Illness, the Silent Killer | Global Health NOW

[3] https://www.who.int/news/item/27-08-2020-world-mental-health-day-an-opportunity-to-kick-start-a-massive-scale-up-in-investment-in-mental-health

[4] A New Plan for Mental Illness, the Silent Killer | Global Health NOW

[5] https://www.statista.com/statistics/1052647/indonesia-mental-disorder-projection/

[6] Mental health in the workplace: The coming revolution (mckinsey.com)

Artikulli paraprakPresiden Hadiri Vaksinasi Covid-19 untuk Insan Pers
Artikulli tjetërKrakatau Bandar Samudera Siap Dukung Program Relokasi Investasi BKPM Di Batang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini