Makronesia.id, Jakarta – Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) telah menjadikan pendidikan inklusif sebagai salah satu praktik terbaik dalam satuan pendidikan vokasi. Selama sepuluh tahun terakhir, PNJ telah mengimplementasikan layanan pendidikan inklusi khusus untuk Warga Negara Berkebutuhan Khusus (WNBK) di program studi manajemen pemasaran yang berada di bawah Jurusan Akuntansi.
Kiki Yuliati, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menegaskan komitmen Kemendikbudristek dalam mengembangkan sistem pendidikan inklusif di perguruan tinggi vokasi. Tujuan dari layanan ini adalah memberikan kesempatan kepada WNBK untuk memperoleh keterampilan yang relevan sehingga mereka dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan industri.
“Layanan pendidikan inklusif bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang menghargai keberagaman dan tidak melakukan diskriminasi terhadap peserta didik,” kata Kiki, menegaskan pentingnya inklusi dalam pendidikan.
Innas Rovino Katurini, Kepala Program Studi untuk WNBK di PNJ, menyatakan bahwa kehadiran pendidikan inklusif dalam Kurikulum Merdeka Belajar telah memberikan semangat baru bagi staf pengajar dalam mendukung mahasiswa penyandang disabilitas.
“Saya merasa memiliki keuntungan karena bisa memberikan kesempatan yang sama kepada teman-teman penyandang disabilitas untuk belajar,” ujarnya.
Innas menjelaskan bahwa mahasiswa di program studi manajemen pemasaran (MP-WNBK) memiliki beragam kondisi seperti tuna rungu, autis, slow learner, gangguan kepribadian ambang, down syndrome, dan low vision. Meskipun demikian, mereka menunjukkan keterampilan luar biasa dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, dosen berupaya menyederhanakan materi agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Pendekatan pembelajaran lebih menekankan pada praktik langsung dengan bimbingan intensif dari dosen.
“Dengan pendekatan khusus ini, mereka dapat menyerap materi pembelajaran dengan baik,” tambah Innas.
Program studi MP-WNBK tidak hanya mengajarkan keahlian desain, sablon, kuliner, dan kewirausahaan, tetapi juga menerapkan Project Based Learning (PBL). Ini melibatkan kerja sama dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) dan mata kuliah kewirausahaan yang berjalan sebagai sebuah proyek.
“Ini adalah komitmen kami untuk memberikan ruang bagi peserta didik berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan berkualitas yang sesuai dengan potensi mereka, sehingga mereka dapat berkontribusi pada industri dan meningkatkan ekonomi nasional melalui kewirausahaan,” tutup Innas.
Dengan pendekatan ini, PNJ terus menjadi teladan dalam menyediakan pendidikan inklusif yang mengakomodasi keberagaman dan mendukung perkembangan potensi setiap individu, tanpa memandang kondisi fisik atau mental. Langkah-langkah ini menjadi landasan penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadilan di bidang pendidikan vokasi. (EHS-01)