Makronesia.id, Sumatera Barat – Rumah Puisi Taufik Ismail, sebuah institusi sastra yang didirikan oleh sastrawan legendaris Indonesia, Taufik Ismail, telah menjadi tempat penting untuk pembelajaran sastra tanpa biaya. Didirikan pada tanggal 19 Desember 2008, Rumah Puisi ini terletak di Jalan Raya Padang Panjang – Bukittinggi, kilometer 6, Aia Angek, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Salah satu tujuan utama pendirian Rumah Puisi ini adalah memberikan wadah bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum yang tertarik untuk mendalami dan memahami ilmu sastra. Rumah Puisi ini berfungsi sebagai pusat pembelajaran sastra, dengan koleksi yang mengesankan. Di dalamnya terdapat sekitar 8 ribu karya sastra, termasuk karya-karya dari sastrawan Indonesia selain Taufik Ismail.
Tessa, salah seorang pegawai Rumah Puisi Taufik Ismail, menjelaskan fasilitas yang tersedia di sana. “Kami memiliki ruang belajar, ruang diskusi, dan perpustakaan yang lengkap. Layanan Rumah Puisi tersedia dari pukul 07.00 pagi hingga 17.00 setiap hari, kecuali hari Senin saat kami tutup.” Kata Tessa, kemarin.
Konsep modern Rumah Puisi ini menggabungkan berbagai fasilitas, termasuk tempat berkumpulnya sastrawan Indonesia, sanggar sastra, dan tempat pelatihan bagi guru bahasa sastra dan Indonesia. Everlin Feliza, salah satu pengunjung, sangat menghargai fasilitas yang tersedia di sini. “Menurut saya, fasilitas yang disediakan oleh Rumah Puisi ini sangat bagus untuk kenyamanan pengunjung. Ada perpustakaan lengkap untuk mencari referensi buku, dan juga terdapat aula yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan seminar pendidikan dan lainnya.” paparnya.
Sesuatu yang membuat Rumah Puisi Taufik Ismail sangat istimewa adalah bahwa mereka membuka pintu mereka tanpa memungut biaya masuk. Pengunjung dapat mengunjungi rumah puisi ini setiap hari, mulai dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB, dengan pengecualian hari Senin saat mereka tutup. Dengan adanya Rumah Puisi ini, generasi milenial dan masyarakat umum dapat menumbuhkan minat dan cinta mereka terhadap sastra, sebagaimana yang telah dilakukan oleh sastrawan Indonesia lainnya yang telah mengukir prestasi di seluruh Indonesia dan bahkan hingga ke tingkat internasional. (SAB-02)