MAKRONEDIA.ID – Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menilai hingga saat ini agen asuransi masih menjadi salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan penetrasi asuransi di masyarakat.
Menurut beliau, dari aspek pemasaran pendekatan melalui agen asuransi yang langsung bertatap muka dengan calon tertanggung, lebih efektif jika dibandingkan melalui digitalisasi.
“Jadi penjualan melalui digital menurut kami mungkin belum efektif. Bukan saya bilang belum ada, sudah ada, tapi enggak efektif. Lebih efektif pun gunakan agen atau bancassurance. Tapi kalau operasional dan sebagainya, itu semua sudah digital. Itu efisien banget sih,” ucap Togar usai konferensi pers Million Dollar Round Table (MDRT) Day Indonesia Senin ,10 juni 2024.
Togar menjelaskan, dunia asuransi di Indonesia kini tengah mengalami perubahan besar dengan digitalisasi yang semakin merambah berbagai aspek. Ia membagi fungsi industri asuransi menjadi dua bagian utama, back office dan front office.
Back office lebih fokus pada operasional dan administrasi, sedangkan front office bertugas menjual produk asuransi, yang kini sebagian besar dilakukan melalui platform digital.
“Di back office, asuransinya urusannya operasional administri. Front office tuh jualan, kan? Kalau yang ini pakai digital, mungkin hampir 90 persen perusahaan asuransi jual di digital,” imbuhnya.
Ia menilai salah satu alasan utama mengapa penjualan asuransi melalui digital belum efektif adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya asuransi. Banyak orang masih lebih memilih interaksi langsung dengan para agen asuransi daripada membeli produk asuransi secara daring.
“Kenapa asuransi penjualan yang menurun? Karena memang (kesadaran asuransi) masyarakat masih rendah. Lalu disuruh jual pakai digital, enggak mempan. Dia harus begini, face to face. Jadi harus gunakan agen,” jelasnya.
Namun, untuk aspek operasional dan administrasi, digitalisasi sudah berjalan dengan baik hingga memberikan efisiensi yang signifikan.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya asuransi di Indonesia memang masih rendah, meskipun ada lebih dari 50 perusahaan asuransi jiwa dan lebih dari 500 ribu agen asuransi. Harapannya, seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia akan semakin memahami pentingnya asuransi.
“Mestinya sih, masyarakat di Indonesia mudah-mudahan cepat atau lambat memahami pentingnya asuransi,” kata Togar.
Saat ini, lanjutnya, industri asuransi lebih fokus pada peningkatan kualitas agen. Ada dorongan kuat untuk merekrut lebih banyak tenaga pemasar di bidang asuransi guna meningkatkan penetrasi pasar. Untuk itu, Togar mengatakan bahwa belum ada target penjualan asuransi.
“Kita enggak menargetkan. Yang kita sekarang lagi lihat, bagaimana meningkatkan kualitas agen ini. Dan aturan main, perpindahan agen dari sebuah perusahaan ke perusahaan lain. Nah, bahkan kami juga mendorong kalau boleh semakin banyak orang yang menjadi tenaga pemasar di asuransi,” imbuhnya
Sebelumnya, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ASEAN Insurance Surveillance Report 2022, penetrasi asuransi di Indonesia masih berada pada level 2,7 persen, lebih rendah dari Singapura (12,5 persen), Malaysia (3,8 persen), Thailand (4,6 persen). Adapun OJK telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Produk Asuransi dan Saluran Pemasaran Produk Asuransi.
Dalam OJK tersebut, terdapat penambahan pengaturan mengenai penyelenggaraan produk asuransi secara digital antara lain pemenuhan ketentuan bagi perusahaan untuk memiliki tanda daftar penyelenggara sistem elektronik, memiliki dan menerapkan prosedur manajemen risiko teknologi informasi serta pengaturan mengenai kerja sama perusahaan dalam menyelenggarakan produk asuransi secara digital dengan pihak lain.(FRT)